Disdag cari penyebab harga cabai di Mataram masih tinggi

id Dinas Perdagangan,Kota Mataram,harga cabai,survei lapangan,harga cabai tinggi

Disdag cari penyebab harga cabai di Mataram masih tinggi

 Aktivitas pedagang cabai di Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. ANTARA/Nirkomala.

Mataram (ANTARA) - Dinas Perdagangan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, turun survei lapangan ke sejumlah pasar tradisional untuk mencari tahu penyebab harga cabai rawit masih tinggi hingga H+10 Idul Fitri 1446 Hijriah/2025.

Kepala Bidang Bahan Pokok dan Penting Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Mataram Sri Wahyunida di Mataram, Kamis, mengatakan, dari hasil turun lapangan ke pasar tradisional Kebon Roek ditemukan harga cabai lokal masih tinggi yakni mencapai Rp90.000 per kilogram hingga Rp100.000 per kilogram.

"Padahal sebelum Idul Fitri dalam setiap kegiatan operasi pasar murah (OPM) dan pasar rakyat, kami bisa jual Rp60.000 per kilogram hingga Rp65.000 per kilogram," katanya.

Baca juga: Tekan harga cabai, Operasi pasar murah keliling digelar di Mataram

Semestinya, lanjutnya, harga cabai tersebut bisa lebih murah lagi setelah Lebaran Idul Fitri dan Lebaran Ketupat usai sebab kebutuhan dan permintaan masyarakat mulai turun, akan tetapi ternyata kondisi di lapangan sebaliknya harga masih tinggi.

Terkait dengan itulah, pihaknya turun lapangan dan mencari tahu penyebab harga cabai terutama cabai rawit lokal yang saat ini masih pada angka Rp90.000 per kilogram hingga Rp100.000 per kilogram.

"Informasi dari pedagang, masih tingginya harga cabai karena stok terbatas, dan belum adanya cabai luar daerah yang masuk ke Kota Mataram," katanya.

Mendengar informasi dari sejumlah pedagang cabai tersebut, Sri menilai, belum adanya cabai luar masuk ke Kota Mataram bisa menjadi pemicu kenaikan harga cabai lokal.

Kondisi itu harus segera disikapi apakah arus balik dan transportasi menjadi penyebab cabai luar daerah belum bisa masuk ke Kota Mataram atau seperti apa.

"Jika itu benar penyebabnya, kami akan melakukan koordinasi dengan Provinsi NTB agar dapat mengambil langkah-langah konkret dan cepat. Kalau kondisi ini dibiarkan, bisa memicu inflasi," katanya.

Baca juga: Pasar murah digelar di Mataram tekan harga cabai ke Rp60.000 per kg

Apalagi untuk kebutuhan pokok dan penting lainnya di pasar tradisional saat ini sudah mulai turun, seperti harga tomat dari Rp20.000 per kilogram, turun menjadi Rp10.000 per kilogram, bawang merah dari Rp40.000 per kilogram menjadi Rp30.000 per kilogram.

Begitu juga dengan harga MinyaKita yang di pasaran biasanya mencapai Rp18.000 per liter hingga Rp19.000 per liter kini sudah mulai normal Rp15.700 per liter atau sesuai harga eceran tertinggi (HET).

Kemudian daging ayam dari Rp40.000 per kilogram turun menjadi Rp35.000 per kilogram, daging sapi turun dari Rp120.000 per kilogram menjadi Rp110.000 per kilogram, telur masih relatif normal Rp55.000 per tray (satu tray isi 30 butir)

Sementara untuk harga kebutuhan pokok lainnya, seperti beras medium masih tetap Rp13.000 per kilogram dan jenis premium Rp14.000 per kilogram. Sedangkan untuk beras SPHP Bulog juga masih sama yakni Rp12.000 per kilogram.

Baca juga: Harga cabai di Mataram capai Rp90.000 per kilogram

Selain itu, harga gula pasir curah masih stabil Rp18.000 per kilogram, dan gula pasir kemasan Rp19.000 per kilogram, begitu juga dengan harga minyak goreng curah tetap Rp18.000 per kilogram.

"Alhamdulillah, harga berbagai kebutuhan pokok lain mulai stabil," katanya.

Namun khusus untuk cabai rawit, tambah Sri, jika sampai pekan depan harganya masih mencapai Rp90.000-Rp100.000 per kilogram, Disdag akan menyiapkan kegiatan operasi pasar murah (OPM) dengan melibatkan berbagai pihak terkait.

"OPM dihajatkan untuk menstabilkan harga dan antisipasi terjadinya inflasi," katanya.

Baca juga: Harga cabai rawit di Mataram naik hingga Rp30 ribu perkilogram