BRIN gali potensi kerang coklat untuk budi daya lobster

id budidaya lobster,pakan lobster,kerang coklat,brin,bibit lobster,nusa tenggara barat

BRIN gali potensi kerang coklat untuk budi daya lobster

Kepala Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat BRIN Fahrurrozi melakukan aktivitas laboratorium di Kawasan Sains Kurnaen Sumadiharga yang bertempat di Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Jumat (11/4/2025). ANTARA/Sugiharto Purnama

Lombok Utara (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggali potensi kerang coklat yang banyak ditemukan di lokasi tambak untuk menjadi alternatif sumber pakan yang dapat mendukung budidaya lobster di Indonesia.

Kepala Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat BRIN Fahrurrozi mengatakan Indonesia dianugerahi kondisi alam yang ideal untuk menghasilkan bibit lobster secara alami, namun terkendala teknologi budidaya terutama pakan.

"Umur lobster panjang sekitar 6-12 bulan untuk siap panen. Kami saat ini mengembangkan teknologi pakan lobster," ujarnya di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Jumat.

Fahrurrozi menuturkan proyek riset pakan lobster menggunakan kerang coklat tersebut berkolaborasi dengan Australia melalui skema pendanaan bernama joint call BRIN-KONEKSI (Knowledge Partnership Platform Australia-Indonesia).

Baca juga: BRIN siap dukung program pangan di NTB

Kegiatan riset itu dijadwalkan mulai pada Mei 2025 mendatang dengan lokasi riset di laboratorium Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat BRIN yang berada di Lombok Utara, dan beberapa tambak milik masyarakat di Lombok Timur.

Namun, jauh sebelum itu BRIN bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sudah melakukan beberapa kali uji coba pemberian pakan lobster menggunakan kerang coklat.

Periset BRIN memperlihatkan kerang coklat hasil budidaya untuk keperluan riset pakan lobster di Kawasan Sains Kurnaen Sumadiharga yang bertempat di Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Jumat (11/4/2025). ANTARA/Sugiharto Purnama

Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat BRIN Kiki Syaputri Handayani mengungkapkan bahwa kerang coklat tidak dikonsumsi oleh manusia, sehingga tidak menimbulkan persaingan pangan antara manusia dengan lobster.

Pertumbuhan kerang coklat yang bernama latin Mytilopsis adamsi relatif lebih cepat dibandingkan kerang jenis lain. Tekstur cangkang kerang coklat juga tidak terlalu keras yang membuat membuat lobster mudah memecahkan cangkang kerang untuk kemudian dimakan.

"Lobster merupakan picky eater (pemilih makanan). Beberapa kali uji coba pemberian pakan yang dilakukan oleh tim BRIN bekerja sama juga dengan tim KKP, lobster mau makan kerang coklat," kata Kiki.

Baca juga: Ilmuwan kembangkan bibit rumput laut yang tahan penyakit dan adaptif perubahan iklim

Lebih lanjut dia berharap riset kerang coklat untuk pakan lobster dapat menyelesaikan kendala keterbatasan sumber pakan yang sering dirasakan para nelayan dalam melalukan budidaya lobster di Indonesia.

Lobster yang diberi pakan kerang coklat lebih cepat besar ketimbang diberi pakan menggunakan ikan runcah—ikan yang sering tertangkap oleh nelayan saat proses penangkapan ikan.


Baca juga: BRIN membentuk bank benih rumput laut