Denda sampai 50.000 rubel, sanksi bagi atlet yang terbukti doping di Rusia

id doping atlet

Denda sampai 50.000 rubel, sanksi bagi atlet yang terbukti doping  di Rusia

Selain Maria Sharapova, 26 Atlet Rusia Lainnya Juga Terindikasi Doping

Mataram (ANTARA) - Parlemen Rusia pada Kamis menyetujui rancangan undang-undang yang akan menerapkan sanksi hukuman denda sampai 50.000 ruble (Rp10,9 juta) kepada atlet yang terbukti menggunakan doping.

Rusia diguncang oleh hukuman larangan bertanding terhadap berbagai cabang olahraga di arena internasional dalam beberapa tahun terakhir setelah ditemukan bukti yang menunjukkan penggunaan doping yang didukung pemerintah di cabang atletik dan beberapa cabang olahraga lain.

Amandemen yang menyarankan denda antara 30.000 sampai 50.000 rubel untuk penggunaan doping, masih harus disetujui oleh majelis tinggi parlemen dan ditanda tangani Presiden Vladimir Putin sebelum disahkan sebagai undang-undang.

Perundang-undangan Rusia akan mempertimbangkan bahwa pelatih dan staf medis yang memaksa atlet untuk menggunakan doping merupakan sebuah kejahatan, meski pendapat tersebut belum menjadi undang-undang.

Sejauh ini, tidak ada undang-undang di Rusia yang menghukum atlet untuk kasus penggunaan doping.

Badan anti-doping Rusia (RUSADA) dan federasi atletik Rusia dicabut keanggotaannya pada 2015 setelah sebuah laporan yang dikeluarkan Badan Anti-Doping Dunia (WADA) menemukan bukti pengunaan doping di cabang atletik yang mendapat dukungan dari pemerintah.

Pemerintah Rusia membantah keras laporan tersebut, tapi mengakui bahwa beberapa pejabat senior terlibat dalam penyediaan jenis doping untuk atlet, mencampuri prosedur anti-doping atau menutup-tutupi hasil positif test.

Keanggotaan RUSADA dipulihkan oleh WADA tahun lalu, sebuah keputusan yang disambut protes federasi olahraga dan atlet di seluruh dunia, namun Federasi Atletik Rusia sampai saat ini masih dikenai hukuman skorsing oleh IAAF, federasi atletik internasional.

Meski federasi atletik Rusia masih dalam status dihukum skorsing, namun beberapa atlet mereka, termasuk juara dunia dua kali lompat tinggi putri Maria Lasitskene dan juara dunia 2015 lari gawang Sergey Shubenko, sudah diperboleh untuk mengikuti event internasional setelah berhasil membuktikan bahwa mereka selama ini berlatih di lingkungan yang bersih dari doping.