Jakarta (ANTARA) - Medical Emercy Rescue Comittee (MER-C) mendorong evakuasi warga negara Indonesia (WNI) di Wuhan, China harus dilakukan secepatnya untuk lebih mudah mengamati kasus per kasus dan memberikan kepastian isolasi yang lebih jelas.
"Jika melakukan isolasi di sini maka kita bisa mengisolasi dengan waktu yang lebih pasti. Sementara di sana adalah daerah ground zero, artinya masih berputar-putar di situ. Kalau dipindahkan ke daerah yang bukan ground zero paling tidak kita bisa melakukan isolasi dengan jangka waktu yang lebih terukur," kata dr Hadiki Habib, Sp.D dari Medical Emercy Rescue Comittee (MER-C) dalam konferensi pers yang diadakan di kantor pusat MER-C di Jakarta, Kamis.
Pemerintah sebelumnya mencetuskan rencana mengevakuasi WNI yang berada di Wuhan, kota yang menjadi pusat dari mewabahnya virus corona yang kini terisolasi akibat kebijakan dari pemerintah China untuk menahan laju infeksi virus tersebut.
2019 novel coronavirus (2019- nCoV) adalah virus yang menimbulkan gejala seperti pneumonia berat dengan pasien akan menderita demam, batuk, sesak napas dan kesulitan bernapas.
Virus ini masih satu famili dengan MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus) dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang pernah mewabah beberapa tahun lalu.
Total 93 WNI di Wuhan, China, kata dokter yang berpraktik di RS Cipto Mangunkusumo itu kini berada di pusat penyebaran wabah dengan waktu isolasi yang masih belum pasti.
Dia merasa lebih baik evakuasi dilakukan secepatnya untuk memberikan kepastian kepada WNI tersebut karena meski jika mereka pulang ke tanah air di waktu ke depan tetap harus menjalani isolasi dalam waktu ditentukan untuk menunggu inkubasi.
"Berapa lama kalau di sana? Sebulan lagi? Dua bulan lagi? Apakah jika di sana sudah selesai lalu kembali ke sini langsung dibiarkan membaur ke masyarakat? Kan tetap juga dipisahkan dulu, jadi apa bedanya sekarang dan nanti," kata Hadiki
Hal yang sama juga diungkapkan anggota presidium MER-C dr. Yogi Prabowo, bahwa evakuasi yang dilakukan secepatnya akan mempermudah melihat kasus per kasus.
"Beberapa negara maju mengambil kebijakan untuk menjemput warganya dengan harapan bisa menangani secara lebih baik kalau secara case by case, ketimbang penanganan secara massal," ujar dokter Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih itu.
Berita Terkait
Kemenkes sebut ada 841 orang sembuh COVID-19
Rabu, 26 April 2023 7:57
Varian baru virus corona Arcturus muncul Rusia
Rabu, 19 April 2023 12:48
Menhan AS positif COVID bergejala ringan
Senin, 3 Januari 2022 9:42
Afrika Selatan deteksi varian baru virus corona
Selasa, 31 Agustus 2021 5:51
AS kecewa China menolak penyelidikan asal usul COVID-19
Jumat, 23 Juli 2021 9:58
Vaksin AstraZeneca efektif menghadapi varian Delta
Kamis, 17 Juni 2021 13:46
Sao Paulo mengosongkan kuburan tua untuk pemakaman pasien wafat COVID-19
Jumat, 2 April 2021 18:18
China mengibaratkan manusia dan virus corona laksana Tom dan Jerry
Senin, 22 Maret 2021 14:01