Mataram (ANTARA) - Dinas Perdagangan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, melakukan operasi pasar (OP) gula pasir untuk menurunkan harga di pasaran yang mencapai Rp16.000 per kilogram padahal harga normalnya Rp11.500-12.000 per kilogram.
Kepala Bidang Pengendalian Barang Pokok dan Penting (Bapokting) Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Mataram Sri Wahyunida di Mataram, Kamis, mengatakan dalam OP gula ini distributor menjual gula Rp12.000 per kilogram.
"Selain gula, kami juga melaksanakan OP minyak goreng yang harganya juga Rp12.000 per liter. Dalam OP ini kami hanya libatkan dua distributor satu untuk gula dan satu distributor minyak goreng," katanya.
Menurutnya, kenaikan harga gula pasir di sejumlah pasar modern dan tradisional terjadi karena informasinya produksi gula dari Pulau Jawa berkurang akibat kekurangan bahan baku yang dipicu bencana banjir.
Karenanya, dalam kegiatan OP gula ini, gula yang dijual merupakan gula lokal hasil produksi Pabrik Gula Tambora di Kabupaten Dompu.
Selain itu, lanjutnya, ada indikasi pedagang masih menjual stok lama dimana mereka membeli gula saat harga naik, sehingga belum mau menurunkan ketika stok gula sebenarnya sudah mulai stabil.
Dikatakan, dalam setiap OP Disdag mendapatkan kuota 500 kilogram untuk gula dan 500 liter untuk minyak goreng. Dengan batas pembelian oleh masyarakat maksimal 1 warga 5 kilogram gula pasir dan 5 liter minyak goreng.
Sementara serapan penjualan gula di setiap OP yang mulai dilaksanakan Rabu (4/3), habis terjual sedangkan minyak masih ada sisa. "Kemarin OP gula pasir di Ampenan dan hari ini di Kecamatan Sekarbela, kuota 500 kilogram untuk gula habis terjual," katanya.
Kegiatan OP ini, sambungnya, masih akan berlanjut pada empat kecamatan lainnya yakni Kecamatan Mataram, Selaparang, Cakranegara dan Sandubaya.
"Kuota OP untuk gula dan minyak di setiap kecamatan sama," katanya.
Oleh karena itu, untuk menghindari adanya pembelian yang berlebih atau adanya indikasi pengepul yang membeli kuota OP gula dan minyak, selama OP berlangsung dilakukan pengawasan secara selektif.
"Jika ada yang ingin membeli lebih dari kuota yang kami tetapkan, kita pertanyakan," ujarnya.