Mataram (ANTARA) - Para petani bawang merah di Kecamatan Sape, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, berhasil menekan biaya produksi hingga 60 persen setelah menggunakan teknologi pertanian elektrik yang merupakan program PT PLN (Persero).
Raflin, salah satu anggota Kelompok Tani So Wawo Rasa, di Mataram, Selasa, mengaku mengeluarkan uang untuk membeli pestisida sebesar Rp6 juta, bahkan lebih. Namun, setelah menggunakan teknologi electrifying agriculture (pertanian elektrik), pengeluarannya berkurang, bahkan mencapai 60 persen dari sebelumnya.
"Dari pengeluaran Rp6 juta, maksimal sekarang hanya Rp2 juta-an saja. Kira kira kita bisa hitung dengan kasat mata, untuk Kelompok Tani So Wawo Rasa, hematnya Rp4 juta dikali 40 orang anggota kelompok, totalnya Rp160 juta per kelompok. Belum lagi kelompok kelompok lain," katanya.
Ia menyebutkan hampir 80 persen petani bawang merah di Desa Parangina saat ini, telah menggunakan lampu. Hal itu karena manfaatnya telah dirasakan langsung oleh para petani, yakni bisa mengurangi dan menghemat terkait penggunaan pestisida ataupun pengeluaran anggaran untuk petani.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada PLN, karena dengan adanya lampu di lahan pertanian bawang merah ini bisa mengurangi beban pengeluaran untuk membeli pestisida dan lain lain," ujarnya.
Sementara itu, Manager PLN Unit Layanan Pelanggan Sape, Achmad Santosa, menjelaskan program electrifying agriculture merupakan bagian dari semangat transformasi PLN pilar customer focus dan innovative dalam meningkatkan pelayanan listrik yang lebih mudah, terjangkau dan andal untuk masyarakat Indonesia, khususnya di sektor pertanian.
PLN NTB terus mengimplementasikan program electrifying agriculture yang terbukti memberikan dampak positif bagi petani. Salah satunya dengan pemasangan lampu di lahan pertanian bawang merah untuk mengusir hama.
Baca juga: Terapkan "electrifying agriculture", petani bawang di Bima tekan biaya operasional
Baca juga: BNI mengucurkan KUR Rp47,5 miliar untuk petani bawang putih di NTB
Melalui metode itu, kata dia, penggunaan pestisida sebagai zat kimia pengusir hama berkurang dan mampu menekan hampir 50 persen biaya operasional. "Kelompok Tani So Lolu dan So Wawo Rasa yang berada di Desa Parangina, Kecamatan Sape, merupakan kelompok tani yang memanfaatkan program itu," katanya.
Ia menambahkan dukungan yang diberikan oleh PLN dalam penerapan electrifying agriculture berupa pemasangan empat unit stasiun pengisian listrik umum dengan kapasitas dua unit kapasitas 2200 volt Ampere (VA) dan dua unit kapasitas 5.500 VA.
"PLN melihat adanya potensi untuk membantu masyarakat di Sape, yang hampir 70 persen penduduknya adalah petani. Hal ini juga selaras dengan misi PLN untuk menjadi pendorong ekonomi, khususnya di Sape," ucap Santosa.
Berita Terkait
Pemkab Bima NTB mendukung pemasaran produksi petani bawang merah
Jumat, 8 Desember 2023 18:41
Badung meminta petani kembangkan budi daya bawang merah
Selasa, 12 September 2023 20:40
Pemkot minta petani tetap tanam bawang merah varietas unggul
Senin, 7 Agustus 2023 18:41
Hendak mengecek bawang merah, petani ini tersambar petir
Selasa, 11 Oktober 2022 13:06
Prihatin harga anjlok, petani bagikan bawang merah ke pengguna jalan
Jumat, 23 Agustus 2019 15:19
Demplot Pupuk Kaltim tingkatkan produktifitas bawang merah petani Bima hingga 30 persen
Kamis, 9 Mei 2019 14:27
Petani Bawang Merah Lombok Barat
Senin, 19 November 2018 11:51
Petani di Bima Keluhkan Anjloknya Harga Bawang Merah
Selasa, 6 Maret 2018 6:45