Palu (ANTARA) -
Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah, meminta petani di daerah itu tetap konsisten menanam bawang merah jenis lembah Palu sebagai varietas unggul daerah untuk membantu pemenuhan kebutuhan bahan baku bawang goreng.
"Meski Kota Palu mengandalkan sektor jasa dalam peningkatan ekonomi daerah, namun sektor pertanian juga dibutuhkan untuk menopang," kata Sekretaris Daerah Kota Palu Irmayanti Petalolo saat peluncuran penanaman benih bawang varietas unggul di Kelurahan Taipa, Senin.
Ia mengemukakan, bawang merah varietas lembah Palu telah mendapat pengakuan dari Kementerian Pertanian untuk dijadikan sebagai bahan baku produk olahan bawang goreng. Karena itu petani di daerah ini perlu mempertahankan budi daya varietas itu, salah satunya petani Kelurahan Taipa, Kecamatan Palu Utara, menjadi petani penangkar bawang merah di atas lahan sekitar lima hektare, dan tidak menutup kemungkinan luas lahan bisa bertambah seiring dengan perkembangan tanaman.
"Bawang salah satu komoditas pangan yang menjadi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu dengan hadirnya pengembangan pertanian bawang merah kami berharap dapat meningkatkan pendapatan petani setempat supaya mereka bisa sejahtera," ujarnya.
Dari luas lahan lima hektare, dua hektare di antaranya untuk budi daya bawang varietas lembah Palu, dan tiga hektare lainnya untuk budi daya bawang merah varietas lain. Dalam pengembangannya Pemkot Palu menggandeng perusahaan umum daerah (Perumda) dari sektor bisnis, supaya produk yang dihasilkan petani dapat terserap oleh pasar.
"Dibutuhkan juga peran serta organisasi perangkat daerah (OPD) teknis dalam mendukung aktivitas petani, di antaranya pemenuhan irigasi untuk pengairan, dan membuka jalan usaha tani di kantong-kantong produksi," ucap Irmayanti.
Ia juga meminta warga tetap mempertahankan lahan pertanian yang ada, karena banyak lahan tidur di Kota Palu yang sebelumnya dimanfaatkan warga untuk bertani, kini telah dialihfungsikan menjadi kawasan perumahan.
Menurut data Dinas Pertanian setempat, jumlah luas lahan sawah di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah semakin menyusut, dari 365 hektare, tersisa 266 hektare sejak 2019 , dipicu alih fungsi lahan dan dampak bencana gempa 2018.
Baca juga: Rejang Lebong Bengkulu mengajak warga kembangkan bawang merah
Baca juga: Kementerian Pertanian dukung pengembangan food estate
"Lahan produktif yang ada tetap dijaga, dan masyarakat berada di kawasan perkotaan juga perlu memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam tanaman produktif dan sayur-sayuran untuk membantu memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga," kata dia.