Mataram (ANTARA) - Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat Sitti Rohmi Djalillah mengajak masyarakat memilah sampah dari rumah, sebelum di buang ke tempat sampah, sebagai keikutsertaan menyelamatkan ekosistem.
"Pilah sampah dari rumah adalah faktor terpenting dan terbesar dalam kita mengelola sampah, bagaimana bank sampah terkelola dengan baik, semua adalah cara agar ekosistem kita tidak terancam," katanya saat menjadi pembicara "Kesiapsiagaan Bencana Musim Penghujan Dari Rumah" di Mataram, Jumat.
Menurut dia, ketidaksadaran memikirkan kondisi alam dalam memenuhi kebutuhan mengakibatkan lingkungan dari waktu ke waktu membutuhkan perhatian khusus dan serius guna mencegah bencana alam, seperti longsor dan dampak perubahan iklim.
"Perubahan iklim, musim hujan, dan kemarau yang tidak menentu juga terkadang menyebabkan pekerjaan menjadi terganggu, dan itu semua karena ekosistem telah terganggu oleh ulah manusia sendiri," katanya.
Ia juga menyatakan tentang dampak pemanasan global.
"Belum lagi emisi gas kaca, pemanasan global sudah menjadi hal yang sangat 'emergency' untuk ditangani bersama. Tentu ini menyebabkan ekosistem dan keseimbangan di Bumi terganggu," katanya.
Ia mengatakan Pemprov NTB memiliki beberapa program yang salah satunya, yaitu NTB Bersih atau "Zero Waste", tentang bagaimana mengelola sampah agar tidak menjadi musibah dan bagaimana sampah dipilah agar bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat.
"Sumber dari banyak permasalahan sampah adalah sampah organik yang dihasilkan seperti dari bekas makanan dan lain sebagainya. Sampah organik ini kalau tidak dipilah bisa menyebabkan bau, penyakit. Itulah mengapa pentingnya pilah sampah dari rumah," ucap dia.
Oleh karena itu, dibutuhkan peran serta semua pihak, agar masyarakat di NTB bisa memilah sampah dari rumah.
"Jadi bagaimana agar memilah sampah dari rumah dikampanyekan secara masif dan bersungguh-sungguh bersinergi maka dampaknya luar biasa bagi NTB, sehingga risiko sampah menjadi penyakit hilang," kata Sitti Rohmi Djalilah.
Selain itu, ia juga menyampaikan agar melalui desa tangguh bencana, masyarakat paham potensi bencana di sekitar tempat tinggal sehingga bisa memproteksi dengan tanggap bencana.
"Semangat semua, sehat, terus berkolaborasi, mulai dari rumah. Mari kita pilah sampah dari rumah, pilah antara sampah organik dan anorganik, karena dengan memilah sampah lah kita bisa memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan di NTB ini," katanya.
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) NTB Niken Saptarini Widiyawati Zulkieflimansyah menyampaikan perubahan iklim dan efeknya tanpa disadari merupakan dampak dari pola hidup yang kurang positif selama ini.
Pertambahan jumlah penduduk juga menyebabkan pertambahan jumlah sampah serta pengelolaan yang belum baik, ditambah dengan pola hidup konsumtif saat ini karena dari total sampah sekitar 62 persen berasal dari rumah tangga.
"Semua akan bermuara kepada kita sendiri, misalnya kita meninggalkan sampah di plastik sembarangan, kemudian hilang, sampah dibawa ke sungai kemudian laut, sampah di laut dengan efek pemanasan global plastiknya akan mencair. Kita kira hilang ternyata tidak, plastik berubah menjadi mikro plastik, dimakan oleh ikan, ikan ditangkap kemudian kita makan, akhirnya kita sedang meracuni diri kita sendiri karena di dalam ikan itu banyak penyakitnya," katanya.
Maka dari itu, lanjutnya, semua memiliki paradigma yang sama, mengubah pola pikir, memberikan pendidikan sejak dini kepada anak-anak untuk membuang sampah pada tempatnya, memilah sampah, memperhatikan lingkungan, bersikap aktif dalam menyelamatkan Bumi maka akan memberikan dampak yang signifikan.