Pusaka Kerajaan Lombok dari Belanda diharapkan disimpan di Museum Mataram

id Pusaka Kerajaan Lombok,Kerajaan Lombok,Museum NTB,Museum Mataram,Mataram

Pusaka Kerajaan Lombok dari Belanda diharapkan disimpan di Museum Mataram

Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi. (ANTARA/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Dinas Pariwisata Kota Mataram, berharap agar pusaka kerajaan Lombok yang akan diserahkan Pemerintah Belanda kepada Pemerintah Indonesia hendaknya disimpan di Museum Negeri Nusa Tenggara Barat sebagai warisan kekayaan daerah khususnya Pulau Lombok.

"Warisan pusaka kerajaan Lombok, lebih tepat disimpan di Museum Negeri di Kota Mataram," kata Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi di Mataram, Selasa.

Baca juga: Akademisi menyarankan harta karun Lombok disimpan di Museum Jakarta
Baca juga: Ratusan pusaka Kerajaan Lombok diserahkan Belanda ke Indonesia

Pernyataan itu disampaikan menyikapi akan dikembalikannya ratusan pusaka kerajaan Lombok oleh Pemerintah Belanda ke pemerintah pusat. Informasi-nya, pusaka tersebut merupakan pusaka warisan dari Anak Agung Cakranegara, Mataram.

Oleh karena itu, Kadis Pariwisata Mataram menilai, jika pusaka kerajaan Lombok tersebut disimpan di Museum Jakarta atau daerah lainnya, dinilai kurang tepat.

"Jadi sebaiknya, disimpan di Museum Negeri agar bisa menambah kekayaan budaya lokal serta menjadi daya tarik wisatawan datang ke museum," katanya.

Sementara Kepala Museum Negeri Nusa Tenggara Barat Ahmad Nuralam sebelumnya mengatakan, terkait dengan pemberitaan Pemerintah Belanda yang akan mengembalikan sebagian harta yang telah dirampas saat penaklukan kerajaan Karang Asem Mataram Abad 19, berharap itu benar terjadi.

"Kami berharap setelah diserahkan ke pemerintah pusat, bisa serahkan ke Provinsi NTB, karena itu termasuk peninggalan masyarakat NTB khususnya Lombok," katanya.

Hal itu dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat menyaksikan, mempelajari peninggalan bersejarah itu.

Benda-benda pusaka tersebut, katanya, menjelaskan tentang kondisi masyarakat saat itu. Misalnya, perhiasan menjelaskan bagaimana tata cara berpakaian.

"Warisan pusaka ini menyatukan 'puzzles' yang hilang sehingga kita punya sejarah yang runtun. Kami tentu akan sangat senang memamerkan dan kita sudah siapkan khasanah khusus serta tenaga SDM untuk melakukan perawatan," katanya.