Mataram terendah pertumbuhan IPM di NTB

id IPM NTB

"Dari 10 kabupaten/kota di NTB yang paling rendah pertumbuhan IPM-nya adalah Kota Mataram sebesar 0,58 persen"
Mataram (Antara NTB) - Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat merilis Kota Mataram paling rendah pertumbuhan indeks pembangunan manusia (IPM) dibanding sembilan kabupaten/kota lainnya di NTB pada 2015.

"Dari 10 kabupaten/kota di NTB, yang paling rendah pertumbuhan IPM-nya adalah Kota Mataram, sebesar 0,58 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat (NTB) Wahyudin, di Mataram, Rabu.

Pertumbuhan IPM terendah kedua, kata dia, adalah Kota Bima sebesar 1,05 persen, disusul Kabupaten Lombok Timur sebesar 1,22 persen.

Untuk pertumbuhan IPM tertinggi pada 2015 di NTB, yakni Kabupaten Sumbawa Barat sebesar 1,77 persen, disusul Kabupaten Lombok Barat 1,73 persen dan Kabupaten Sumbawa 1,64 persen.

Sementara Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima pertumbuhan IPM-nya berada di papan tengah.

"Tapi meskipun Kabupaten Lombok Utara pertumbuhannya cukup bagus, tetap saja rangking IPM-nya paling rendah di antara 10 kabupaten/kota di NTB, yakni sebesar 61,15 persen," ujarnya.

Meskipun pertumbuhan IPM Kota Mataram pada 2015 paling rendah, kata Wahyudin, posisi IPM ibu kota provinsi itu tetap paling tinggi di NTB pada 2015, yakni 76,37 persen, di susul Kota Bima 72,99 persen.

Menurut dia, penyebab rendahnya pertumbuhan IPM Kota Mataram pada 2015 karena hampir semua masyarakatnya sudah mengenyam pendidikan yang layak, kesehatan yang membaik dan pengeluaran per kapita yang sudah bagus, sehingga yang harus digenjot tidak terlalu banyak dibandingkan daerah lain.

Komponen pendidikan yang menjadi indikator penilaian IPM sudah cukup bagus di Kota Mataram. Hal itu terlihat dari harapan lama sekolah yang sudah mencapai 15,28 persen pada 2015 atau paling tinggi dari 10 kabupaten/kota di NTB.

Kemudian komponen rata-rata lama sekolah di Kota Mataram sudah mencapai 9,05 persen atau berada di urutan kedua setelah Kota Bima sebesar 9,96 persen.

Untuk komponen angka harapan hidup di Kota Mataram mencapai 70,43 persen atau paling tinggi di antara 10 kabupaten/kota.

Dari sisi pengeluaran per kapita masyarakat Kota Mataram sudah mencapai Rp13,3 juta pada 2015, lebih tinggi dibanding Kota Bima yang berada di urutan kedua sebesar Rp9,3 juta.

"Mengukur IPM tidak bisa hanya melihat dari pembangunan fisik saja karena pembangunan di Kota Mataram mungkin tidak semarak di daerah lain, seperti Kabupaten Sumbawa Barat yang paling tinggi IPM," kata Wahyudin. (*)