STATUS GUNUNG SANGEANG API DINAIKKAN JADI WASPADA

id

Mataram, 8/6 (ANTARA) - Status Gunung Sangeang Api (1.842 meter di atas permbukaan laut) di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) sejak 4 Juni lalu dinaikkan dari normal menjadi waspada level II.

"Peningkatan status ini karena telah terjadi peningkatan aktivitas yang diindikasikan dengan peningkatan jumlah gempa vulkanik, gempa hembusan dan gempa tremor," kata Kepala Dinas Pertambangan dan Energi NTB, Ir. Heryadi Rachmat, di Mataram, Senin.

Heryadi didampingi Kepala Seksi Mitigasi Bencana, Kun Dwi Santoso mengatakan, dari pantauan visual tampak hembusan asap putih dengan ketinggian maksimum sekitar 25 meter dari puncak gunung tersebut.

"Berdasarkan analisis hasil pemantauan, sejak 4 Juni pukul 19.00 Wita, status kegiatan Gunung Sangeang Api dinaikkan dari normal menjadi waspada, karena itu masyarakat yang ada di sekitarnya dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan mendaki gunung api tersebut," katanya.

Selain itu juga direkomendasikan masyarakat di sekitar Gunung Sangeang Api tetap tenang dan tetap waspada, tidak terpancing isu meletus.

Ia mengatakan, pemantauan secara intensif akan terus dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan Gunung Sangeang Api serta berkoordinasi dengan pemerintah daerah.

"Sehubungan dengan naiknya status Gunung Sangeang Api dari normal menjadi Waspada (Level II), kami rekomendasikan agar Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi NTB, dalam hal ini Badan Daerah Penanggulangan Bencana Daerah (BDPB)," katanya.

Selain itu juga berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Bima tentang aktivitas Gunung Sangeang Api dan masyarakat diminta selalu mengikuti arahan BDPB dan Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB).

Pemerintah Daerah juga diminta berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Sangean Api yang terletak di wilayah Sangeang Darat, Kecamatan Wera atau dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung.

Menurut sejarah letusan Gunung Sangeang Api, erupsi terakhir terjadi 1997-1999. Sifat erupsinya adalah eksplosif serta kombinasi eksplosif dan efusif yang dicirikan oleh pembentukan kubah lava, guguran lava pijar dan leleran lava, seperti erupsi tahun 1911, 1953, 1964, 1985-1987 dan 1997.

"Saat kejadian erupsi tahun 1985, kata dia, seluruh penduduk dievakuasi ke wilayah Sangeang Darat di Kecamatan Wera. Letusan tahun 1985 diikuti awan panas, letusan abu dan aliran lava," katanya. (*)