Jakarta (ANTARA) - SKK Migas mengatakan bahwa salah satu alasan alokasi harga gas bumi tertentu (HGBT) tidak termanfaatkan dengan maksimal adalah akibat ketidakcukupan dana pemerintah untuk menanggung selisih harga, dan yang paling banyak berasal dari sektor kelistrikan.
“Jadi, yang paling banyak ketidakcukupan bagi negara itu ada di kelistrikan, terutama yang dari LNG (liquefied natural gas/gas alam cair),” ujar Kepala Divisi Komersialisasi Minyak dan Gas Bumi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rayendra Sidik dalam acara diskusi media bertema, “Proses Komersialisasi Minyak dan Gas Bumi”, di Jakarta, Kamis (28/3) malam.
Terkait hal tersebut, Rayendra menjelaskan gambaran mengenai HGBT menggunakan perumpamaan harga gas senilai 6 dolar Amerika Serikat (AS), dengan pembagian 3 dolar AS untuk investasi dan produksi, 2 dolar AS untuk pemasukan negara, dan 1 dolar AS untuk kontraktor.
Untuk membuat harga gas turun dari 6 dolar AS menjadi 5 dolar AS, kata dia, seharusnya penurunan pembagian dilakukan secara proporsional. Akan tetapi, untuk tetap menjaga ketertarikan bagi kontraktor, maka yang dipotong adalah bagian untuk pemasukan negara. Selisih tersebutlah yang ditanggung oleh negara agar tidak mengganggu bagian untuk kontraktor.
“Jadi, bagian pemerintah dikurangi dari 2 dolar AS menjadi 1 dolar AS, sementara kontraktor itu tetap 1 dolar AS. Sebenarnya, konsepnya seperti itu. Itulah HGBT,” ujar dia.
Dalam hal pemanfaatan LNG untuk kelistrikan, Rayendra menjelaskan bahwa kontrak antara LNG Tanggung dengan PLN menggunakan harga yang fluktuasi atau memiliki karakteristik naik-turun yang tajam.
Baca juga: YBM PLN salurkan bantuan gerobak cahaya di Pulau Lombok
Baca juga: Genjot electrifying marine, penggunaan SPLIKS PLN NTB capai 6 MW
“Menggunakan formula kontrak yang mengacu ke harga minyak dunia. PLN dapat harga yang lebih baiklah,” kata dia lagi.
Akan tetapi, pada pertengahan tahun, Rayendra mengatakan terjadi lonjakan pada harga gas. Kenaikan tersebut mengakibatkan pemerintah kesulitan untuk menjaga harga gas
“Untungnya, PLN juga cukup bekerja sama dengan kami. Kami bilang, ini bagian negara tidak cukup (menanggung selisih). (Dijawab) Yaudah, diganti saja ke harga semula. Ya, akhirnya di situlah, kembali ke harga, formula semula,” kata Rayendra pula.
Berita Terkait
PLN NTB dorong penguatan ekonomi lokal melalui olahan kepiting dan kopi mangrove
Minggu, 8 Desember 2024 6:14
PLN NTB manfaatkan FABA untuk pembangunan pendidikan, ekonomi dan infrastruktur desa
Minggu, 8 Desember 2024 6:09
PLN UIP Nusra umumkan hasil pengadaan tanah pengembangan PLTP Ulumbu
Sabtu, 7 Desember 2024 11:26
Jelang Nataru, PLN UIW NTB Terangi 3.497 Rumah Tangga Lewat Program BPBL
Kamis, 5 Desember 2024 5:24
Kendaraan listrik kian masif, PLN tambah SPKLU di NTB
Kamis, 5 Desember 2024 4:56
Pengecasan kendaraan listrik di SPKLU naik lima kali lipat
Selasa, 3 Desember 2024 6:54
PLN menambah pembangkit listrik 68 GW hingga 2033
Selasa, 3 Desember 2024 6:53
Digitalisasi layanan tekan waktu gangguan listrik jadi 4 menit
Selasa, 3 Desember 2024 6:34