Mataram, (Antara) - Setelah meluncurkan brand wisata syariah, beberapa tahun lalu, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat kini tengah berupaya merealisasikan Bank NTB Syariah untuk mewujudkan ekonomi berkeadilan bagi seluruh masyarakat.
Sejatinya pengembangan Bank NTB Syariah ini sejalan dengan keinginan pemerintah daerah di Bumi Seribu Masjid itu untuk mengembangkan sistem ekonomi syariah. Sistem ini merapkan nilai-nilai islam dalam kegiatan perekonomian rakyatnya.
Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi menegaskan konversi Bank NTB dari konvensional menjadi syariah bukan sekadar bertransformasi, melainkan untuk membawa perubahan positif dari aspek meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan kesejahteraan masyarakat.
Penegasan itu diutarakan gubernur yang biasa disapa Tuan Guru Bajang (TGB) ketika menjadi pembicara pada sosialisasi perubahan kegiatan usaha Bank NTB menjadi Bank NTB Syariah, yang digelar di aula masjid Hubbul Wathan Islamic Center Kota Mataram, belum lama ini.
Kegiatan tersebut dihadiri 250 peserta yang berasal dari kalangan nasabah se-Pulau Lombok menghadirkan dua pakar perbankan syariah sebagai nara sumber, yakni Dr Muhammad Syafii Antonio, M.Ec, dan Yuslam Fauzi.
Konversi Bank NTB menjadi Bank NTB Syariah merupakan kesepakatan bersama seluruh pemegang saham, yakni gubernur dan 10 bupati serta wali kota se-NTB, melalui keputusan bersama Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar pada 31 Oktober 2016.
Pembentukan Bank NTB Syariah juga sudah mendapat persetujuan dari para wakil rakyat yang duduk di DPRD NTB, meskipun melalui perdebatan panjang.
Gubernur yang juga doktor jebolan Universitas al Azhar, Kairo, Mesir, dalam bidang Tafsir hadits ini berkeyakinan bahwa konversi Bank NTB dari bisnis konvensional ke pola syariah memiliki prospektif yang cerah, baik dari sisi ekonomi maupun kenyamanan nasabah.
Keyakinan itu beralasan karena upaya menuju perbankan syariah dilatarbelakangi nilai-nilai yang tumbuh di masyarakat NTB yang dikenal religius.
Sejatinya NTB dikenal sebagai salah satu daerah yang kental dengan nilai-nilai ke-Islaman, mengingat mayoritas penduduk NTB beragama Islam.
Untuk itu TGB mengajak seluruh masyarakat NTB untuk tidak lagi bicara tentang harapan, namun harus memiliki keyakinan bahwa konversi tersebut bisa dipertanggungjawabkan dari seluruh aspeknya.
Ia juga berharap seluruh nasabah Bank NTB tetap berkomitmen membangun bank daerah tersebut dengan tetap menyimpan dananya, meskipun sudah berubah status menjadi perbankan syariah.
Zainul Majdi meminta para nasabah tetap di Bank NTB, insya Allah kemanfaatan duniawinya tidak akan berkurang, keuntungannya tidak akan berkurang.
Bahkan, kata dia, insya Allah akan lebih besar lagi dan pada saat yang sama para nasabah sudah ikut berkontribusi meningkatkan keadilan dan kesejahteraan bersama.
Mengenai dukungan pihak legislatif ia mengatakan dukungan dari DPRD NTB cukup baik. Kalau dalam rencana lain, kadang ada perdebatan cukup panjang dalam memerkaya gagasan, khusus konversi bank ini DPRD NTB memberikan dukungan yang luar biasa.
Rampung Agustus 2018
Terkait dengan upaya konversi Bank NTB menjadi Bank NTB Syariah, Direktur Utama PT Bank NTB H Komari Subakir mengatakan pemegang saham menargetkan konversi Bank NTB konvensional menjadi perbankan syariah rampung Agustus 2018.
Menurut data, saat ini Bank NTB memiliki aset senilai Rp10,02 triliun, modal inti sebesar Rp1,23 triliun dan mengelola dana pihak ketiga berupa giro senilai Rp2,4 triliun, tabungan Rp1,4 triliun dan deposito sebesar Rp4,3 triliun.
Subakir mengatakan sosialisasi ini bertujuan memberikan pemahaman kepada para nasabah dan juga masyarakat NTB agar proses konversi menuju syariah berjalan dengan lancar dan juga didukung nasabah serta masyarakat NTB.
Komari menyebutkan, perkembangan konversi Bank NTB Syariah tetap "on the track" dan mulai beroperasi sesuai yang ditargetkan pada Agustus 2018, bahan mungkin beberapa bulan lebih awal.
Sementara itu Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTB Farid Falatehan menyatakan mendukung penuh konversi Bank NTB menjadi Bank NTB Syariah.
Jika terealisasi, menurut dia, Bank NTB Syariah akan menjadi bank daerah kedua yang bertransformasi menjadi syariah setelah Bank Aceh.
Setelah Bank Nagari di Sumatera Barat, juga sedang mempersiapkan diri untuk konversi ke syariah. OJK NTB terus memantau setiap perkembangan konversi Bank NTB Syariah.
Menurut Farid, keseriusan Bank NTB Syariah terlihat dengan menggandeng enam konsultan yang ahli di bidangnya seperti melalui Tazkia Consulting milik Pakar Perbankan Syariah Muhammad Syafii Antonio.
Kini direksi Bank NTB Syariah mempersiapkan karyawan dan sistem teknologi informasi, mengingat persoalan sistem teknologi informasi sangat penting dalam keberhasilan konversi.
Farid juga mengajak seluruh elemen di NTB mendukung konversi ini, menilik contoh konversi Bank Aceh, di mana seluruh masyarakat, dan nasabah memberikan dukungan penuh atas konversi tersebut.
Menurut dia optimistis dukungan warga NTB terhadap konversi ini juga tidak akan kalah hebatnya. Keyakinan ini didasari dengan komitmen pemerintah daerah dan kentalnya nilai-nilai keIslaman yang terpatri di setiap masyarakat NTB.
Kehadiran Bank NTB Syariah di bumi Seribu Masjid ini tak hanya diharapkan untuk mewujudkan ekonomi berkeadilan, tetapi juga memberikan kenyamanan bagi seluruh masyarakat NTB.(*)
Menanti Bank Ntb Syariah Di Bumi "seribu Masjid"
Sejatinya pengembangan Bank NTB Syariah ini sejalan dengan keinginan pemerintah daerah di Bumi Seribu Masjid itu untuk mengembangkan sistem ekonomi syariah. Sistem ini merapkan nilai-nilai islam dalam kegiatan perekonomian rakyatnya.