Anggota DPR sarankan BI tinjau kebijakan suku bunga

id Willgo Zainar,Suku Bunga BI

Anggota DPR sarankan BI tinjau kebijakan suku bunga

Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Gerindra daerah pemilihan NTB H Willgo Zainar. (Foto Antaranews NTB/ist)

Saran saya, Bank Indonesia harus segera meninjau kebijakan suku bunga dengan menaikkan 0,25 atau 0,50 basis poin untuk menjadi daya tarik bagi investor
Mataram (Antaranews NTB) - Anggota Komisi XI DPR H Willgo Zainar menyarankan agar Bank Indonesia (BI) menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terus melemah dengan meninjau kebijakan suku bunga.

"Saran saya, Bank Indonesia harus segera meninjau kebijakan suku bunga dengan menaikkan 0,25 atau 0,50 basis poin untuk menjadi daya tarik bagi investor," kata H Willgo Zainar, di Mataram, Rabu.

Ia mengatakan kebijakan menaikkan suku bunga tentu ada dampaknya. Bila Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan naik sebesar 1 persen dari yang dipatok pada asumsi makro 2018, yakni 5,2 persen akan berdampak pada tambahan biaya bunga yang dibayar pemberintah sebesar Rp1,4 - Rp2,3 triliun.

Namun, kondisi rupiah terus tertekan, seakan tak berdaya terhadap menguatnya dolar AS. Hal itu tentu sangat mengkhawatirkan karena akan berpengaruh terhadap perekonomian nasional.

Bahkan, angka psikologis rupiah sudah mencapai Rp14.000/dolar AS, dan beberapa kali melampui dalam kurun waktu satu minggu terakhir.

Dampak melemahnya rupiah, lanjut Willgo, jelas pada kebutuhan dana untuk impor lebih besar lagi. Sebab, Indonesia masih banyak bergantung pada impor.

"Pembayaran bunga pokok utang yang jatuh tempo pasti meningkat," ujar Willgo yang juga anggota Badan Anggaran DPR.

Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, kata dia, Bank Indonesia pasti melakukan intervensi pasar dan menggerus cadangan devisa negara.

Pada Januari 2018, cadangan devisa negara sekitar 131,98 miliar dolar AS. Angka tersebut turun menjadi 124,86 miliar dolar AS pada April 2018.

"Kita tidak tahu berapa besar dana yang digunakan untuk interviensi dan berapa yang untuk bayar utang. Ini kita berharap BI menyampaikan secara transparan ke publik," ucapnya pula.

Ia juga tidak ingin intervensi yang dilakukan oleh Bank Indonesia di pasar uang seperti membuang garam di laut.

"Artinya tidak banyak efek manfaatnya dan kalau pun ada, manfaatnya relatif kecil, sifatnya sesaat sehingga tidak mampu menguatkan rupiah," katanya. (*)