Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, melakukan uji coba limbah bekas pakan maggot (kasgot) menjadi Bahan Bakar Jumputan Padat (BBJP) sebagai bahan bakar pembangkit listrik pengganti batu bara.
"Uji coba sudah kami lakukan melalui PLTU Jeranjang, Kabupaten Lombok Barat," kata Kepala Bidang (Kabid) Persampahan DLH Kota Mataram Vidi Partisan Yuris Gamanjaya di Mataram, Rabu.
Ia mengatakan uji coba itu dilakukan bekerja sama dengan pihak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok, Lombok Barat, karena TPA sudah ada kontrak kerja sama dengan PLTU Jeranjang.
Baca juga: Warga Mataram sambut positif adanya taman dari ban bekas
Vidi mengatakan limbah kasgot ini merupakan bekas pakan maggot organik yang sudah dicacah, kemudian dikeringkan dan diayak. Hasil ayakan digunakan sebagai pupuk halus. Sedangkan sisa ayakan kasar atau tidak bisa diayak dengan ukuran satu ruas jari itulah yang kemudian dikeringkan lagi sampai menjadi BBJP.
Semakin kering, lanjutnya, maka harga BBJP juga semakin mahal dengan kisaran harga Rp200.000-Rp400.000 per ton.
"Sisa ayakan itu sebenarnya bisa jadi kompos, tapi kami harus campurkan bahan kimia lagi, sementara peminatnya sedikit," katanya.
Oleh karena itu DLH lebih memilih untuk memproduksi BBJP dari kasgot dengan menyesuaikan tingkat kekeringan kalori yang dibutuhkan PLTU Jeranjang.
"Kalau hasil uji coba bisa diterima pihak Jeranjang, ke depan kasgot kita optimalkan untuk jadi BBJP untuk kebutuhan PLTU," katanya.
Baca juga: DLH usulkan tambahan alat pencetak batako dari limbah plastik di Mataram
Lebih jauh Vidi mengatakan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) modern Sandubaya saat ini mengolah sampah sekitar 40-46 ton per hari dari dua kecamatan yakni Kecamatan Sandubaya dan Cakranegara.
Dari jumlah itu, 18 ton sampah tersebut merupakan sampah organik dan sisanya 28 ton sampah plastik atau sekitar 61 persen per hari.
Dari hasil uji coba, kata dia, sebanyak 18 ton per hari sampah organik yang diolah menjadi bubur pakan maggot, kasgot kering dapat dijadikan pupuk halus dan BBJP sekitar 2 ton per hari.
"Jadi peluang BPJP yang kami lihat lebih besar dibandingkan pupuk halus. Selain itu nilai ekonomis BBJP juga lebih tinggi," kata Vidi.
Data DLH Kota Mataram menyebutkan volume sampah di Kota Mataram secara keseluruhan di enam kecamatan saat ini tercatat sebanyak 240 ton per hari, dengan rincian 60 persen merupakan sampah organik, 30 persen plastik, sisanya berupa limbah kayu, diapers, kaca, dan sejenisnya.
Baca juga: Disperin NTB dan PLN bersinergi manfaatkan limbah batu bara
Berita Terkait
Kantor ramah lingkungan diterapkan di Lombok Tengah
Selasa, 5 November 2024 13:29
Pemangkasan pohon di Mataram untuk antisipasi cuaca ekstrem
Selasa, 5 November 2024 13:25
JRC optimalkan pengelolaan sampah di tingkat kawasan
Rabu, 30 Oktober 2024 21:03
DLH tampung sampah di TPS Sandubaya Mataram dampak kebakaran TPA
Senin, 28 Oktober 2024 14:39
DLH Mataram siap olah maggot menjadi pakan ikan air tawar
Sabtu, 19 Oktober 2024 17:13
DLH tekan volume sampah ke TPA Mataram hingga 60 ton per hari
Kamis, 17 Oktober 2024 15:56
Bantuan pembangunan TPST Kebon Talo Mataram bertambah menjadi Rp26 miliar
Rabu, 16 Oktober 2024 5:41
TPST Kebon Talo Mataram siap olah kotoran hewan jadi biogas
Senin, 14 Oktober 2024 15:33