Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melaksanakan sosialisasi literasi pengurangan resiko bencana (PRB) untuk satuan pendidikan dalam rangka menyiapkan generasi muda dalam menghadapi bencana sejak usia dini.
"Kegiatan ini dilaksanakan dengan harapan dapat menghasilkan output positif bagi pembangunan Lombok Utara, khususnya dalam bidang kebencanaan," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Utara Zaldi Rahadian dalam keterangan tertulisnya di Mataram, Kamis.
Ia mengatakan, kegiatan ini memiliki makna strategis bagi Lombok Utara, mengingat daerah tersebut pernah dilanda gempa besar pada 5 Agustus 2018.
“Tragedi 2018 menjadi titik balik bagi semua semua untuk memahami pentingnya siklus kebencanaan, agar generasi mendatang lebih siap menghadapi berbagai kemungkinan bencana," katanya.
Baca juga: Sosialisasi klaster logistik penanggulangan bencana digelar di Lombok Utara
Ia mengatakan, pembahasan kerangka bahan ajar literasi pengurangan resiko bencana ini juga diselaraskan dengan Peraturan Bupati Lombok Utara Nomor 43 Tahun 2023 tentang Pedoman Gerakan Literasi Kebencanaan.
"Perbup ini menjadi acuan setiap organisasi perangkat daerah (OPD) dan lembaga pendidikan dalam melaksanakan program mitigasi," katanya.
Ia berharap, tragedi 2018 dapat didokumentasikan dalam bentuk video edukasi yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan anak.
Dengan begitu, anak-anak dapat belajar langsung dari pengalaman nyata, sehingga mereka lebih mudah memahami pentingnya mitigasi bencana.
"Pentingnya kolaborasi semua pihak dalam membangun budaya sadar bencana sejak usia dini," katanya.
Baca juga: Lombok Utara perkuat kesiapsiagaan bencana ketahanan iklim
Sementara itu Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Lombok Utara Budiawan menyampaikan pentingnya integrasi literasi kebencanaan ke dalam kurikulum sekolah, baik sebagai muatan lokal maupun kegiatan ekstrakurikuler.
“Kegiatan ini sangat penting sebagai langkah awal agar peserta didik sejak dini memahami bagaimana menghadapi bencana," katanya .
Ia mengajak semua pihak menyatukan persepsi semua stakeholder terkait, mulai dari dunia pendidikan, BPBD, hingga masyarakat, sehingga terbentuk kerangka bahan ajar yang jelas dan mudah diterapkan di sekolah.
“Kami berharap dari pertemuan ini lahir formulasi bersama yang bisa menjadi acuan dalam literasi kebencanaan di Lombok Utara," katanya .
Baca juga: Lombok Utara susun roadmap penanganan bencana
Ia mengatakan, anak-anak di Lombok Utara harus siap, karena daerah ini memang rawan bencana.
"Literasi dan mitigasi bukan sekadar wacana, tetapi harus menjadi gerakan bersama," katanya.
Ia mengatakan, kegiatan ini bukan sekadar forum formalitas, melainkan wadah interaktif yang mempersatukan berbagai elemen, dari pemerintah, dunia pendidikan, lembaga disabilitas, hingga organisasi relawan kebencanaan.
Melalui langkah konkret ini, generasi muda Lombok Utara akan tumbuh dengan kesadaran tinggi terhadap risiko bencana.
"Program ini diharapkan mampu menjadi agen perubahan dalam menciptakan masyarakat yang lebih tangguh," katanya.
Baca juga: Lombok Utara jadi percontohan Gerakan Kencana di NTB