Langkah TNI AL beli kapal induk Giuseppe Garibaldi sangat tepat

id Ade P. Marboen,TNI AL,Kapal Induk,Giuseppe Garibaldi

Langkah TNI AL beli kapal induk Giuseppe Garibaldi sangat tepat

Ilustrasi - Prajurit Angkatan Laut Italia bersama sejumlah pesawat tempur berada di atas Flight Deck Kapal Induk Italia ITS Cavour C-550 saat port visit di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (197/9/2024). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc.

Jakarta (ANTARA) - Co-Founder Jakarta Defence Society (JDS) Ade P. Marboen menilai rencana TNI AL membeli kapal induk ringan ITS Giuseppe Garibaldi merupakan langkah tepat untuk memperkuat kekuatan maritim Indonesia.

Ade Marboen dalam siaran persnya yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin, mengatakan Indonesia sudah seharusnya memperkuat kekuatan maritim mengingat statusnya sebagai negara kepulauan terbesar di Asia Pasifik.

Dengan kapal Induk, menurut Marboen, TNI AL dapat dengan mudah mengoperasikan armada yang dapat menampung kekuatan udara maupun alat utama sistem senjata (alutsista) tempur. Tidak hanya itu, kapal induk juga dapat mendukung TNI AL membawa logistik untuk menjalankan misi kemanusiaan atau operasi militer selain perang (OMSP).

Namun demikian, Marboen menekankan TNI AL perlu menyiapkan beberapa kapal pendamping untuk mengawal kapal induk saat beroperasi.

"Jenis kapal ini perlu diperkuat dengan kapal lain seperti LHD sebelum langkah berikutnya memiliki kapal induk, walaupun saat ini TNI AL sudah memiliki dua fregat terbesarnya (kelas
KRI Brawijaya) dan armada kapal selam dari berbagai kelas," kata Marboen.

Dia pun mencontohkan beberapa negara yang tidak pernah membiarkan kapal induk beroperasi sendiri melainkan selalu berada dalam satu gugus tugas.

Setiap kapal induk, kata Marboen, selalu diiringi oleh dua kapal permukaan, satu kapal selam dan satu kapal suplai. Hal tersebut dilakukan demi menjaga kapal induk yang merupakan bagian dari salah satu aset penting negara.

"Permasalahannya, TNI AL tidak terbiasa membentuk gugus tugas (task force) ketika ada aset strategis yang bergerak jarak jauh," kata Marboen.

Baca juga: Marine paratrooper dies in drill leading to TNI's 80th Anniversary

"Sebagai contoh adalah kapal BRS, KRI dr Radjiman Wedyodiningrat, yang melakukan misi kemanusiaan ke Mesir berjalan sendiri tanpa adanya pengawalan sehingga dapat menjadi sasaran empuk pihak-pihak tertentu," ujar Marboen.

Selain masalah gugus tugas, Marboen juga menekankan TNI AL harus memperhitungkan tentang jangka pemakaian kapal induk yang seharusnya sudah pensiun pada 1 Oktober 2024 setelah dipakai angkatan laut Italia.

Walau pihak Fincantieri sebagai galangan kapal akan memperbaiki kapal sehingga dapat beroperasi selama 15 sampai 20 tahun ke depan, menurut dia, TNI tetap harus mempertimbangkan kualitas dari kapal tersebut.

Baca juga: Indonesia eyes ex-Italian flagship Giuseppe Garibaldi to bolster fleet

"Dengan masa pakai 15-20 tahun, berarti 3-4 periode kepresidenan sehingga siapapun yang menjadi presiden harus memegang komitmen keras menyediakan anggaran operasional, pemeliharaan dan perawatan yang cukup," kata Marboen.

"Akhir kata, pengadaan (bekas) kapal induk ringan ITS Giuseppe Garibaldi dapat meningkatkan kapabilitas TNI AL dalam hal proyeksi kekuatan dan sekaligus menjadi sarana untuk meningkatkan interoperabilitas trimatra terpadu," tutur dia lagi.

Pewarta :
Editor: I Komang Suparta
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.