Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif membuat pernyataan tersebut dalam pertemuannya dengan mitra Jepang di Tokyo di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, memicu kekhawatiran bahwa bakal terjadi konflik antara AS dan Irak.
Iran "sangat menahan diri meskipun AS mundur dari JCPOA pada Mei lalu," kata Zarif mengawali pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono.
Zarif mengacu kepada Joint Comprehensive Plan of Action yang diteken pada 2015 oleh Amerika Serikat, Iran dan sejumlah negara lainnya. Iran diminta untuk mengekang kapasitas pengayaan uranium, yang digunakan untuk membuat bom nuklir, dengan imbalan pelonggaran sanksi terhadapnya.
Presiden Donald Trump tahun lalu menarik Washington dari kesepakatan nuklir. Pihaknya kini sedang menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran guna mencekik perekonomian mereka dengan mengakhiri penjualan internasional minyak mentah miliknya.
Jepang merupakan pengimpor utama minyak Iran selama beberapa dekade sebelum dijatuhi sanksi.