Mataram (ANTARA) - Penerimaan peserta didik baru dengan menggunakan sistem zonasi memiliki keunggulan dalam pemerataan layanan dan peningkatan kualitas pendidikan, kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Mataram Lalu Fatwir Uzali.
"Sistem zonasi ini cukup bagus agar siswa tidak menumpuk pada satu sekolah yang disebut sekolah favorit," katanya di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa.
Oleh karena itu, katanya, dalam PPBD Tahun Ajaran 2019/2020, pemerintah kota setempat tetap menggunakan sistem zonasi dengan ketentuan lama, yakni 90 persen zonasi, lima persen prestasi, dan lima persen jalur untuk siswa pindah.
Dalam pelaksanaan PPDB Tahun Ajaran 2019/2020, Dinas Pendidikan Kota Mataram tetap mengacu pada aturan tersebut dan akan berusaha mengoptimalkan penerapan ketentuan tersebut.
Ia mengakui apabila sistem zonasi diterapkan secara murni masih ada satu sekolah yang kekurangan murid. Oleh karena itu, Disdik bisa memasukkan siswa yang lebih di satu sekolah tertentu.
"Sistem zonasi selama ini masih ada kendala, salah satunya tidak meratanya sekolah, terutama tingkat SMP, sehingga banyak juga yang eksodus misalnya dari Kecamatan Cakranegara ke Mataram," kata Fatwir.
Menyikapi penerapan zonasi PPDB 2019/2020, Armita Budiyanti, salah seorang wali murid yang tahun ini putranya akan masuk jenjang SMP, menyatakan setuju dengan sistem itu.
Meskipun tempat tinggalnya tidak masuk zona SMP yang dianggap publik sebagai sekolah favorit, dia tidak lantas latah ikut-ikutan memindahkan atau menitipkan nama anak di kartu keluarga (KK) keluarga lain yang alamat rumahnya dekat dengan sekolah favorit.
"Yang saya pahami, target zonasi bukan hanya pemerataan akses layanan pendidikan saja tapi juga pemerataan kualitas pendidikan. Nah, kalo targetnya sudah sebaik itu rasanya tidak ada yang perlu saya kritik," katanya.
Menurut dia, di manapun sekolahnya kalau anak belajar dengan rajin, bisa disiplin, mau menghormati guru, dan mampu bersosialisasi dengan baik di sekolahnya tentunya dia akan meraih keberhasilan.
Ia mengatakan keberhasilan pendidikan anak bukan semata-mata dilihat dari perolehan nilai akademis yang tinggi, akan tetapi juga antara lain dari sikap yang santun, iman yang kuat, dan jiwa sosial yang tinggi.
"Memasukkan anak kita ke sekolah yang katanya favorit, menurut saya sih, belum tentu menjamin anak kita meraih keberhasilan jika kita sebagai orang tua tidak turut andil mendidik dan membangun karakter anak di rumah," kata ibu dua putra itu.
Berita Terkait
DPR minta pemerintah ubah sistem penerimaan siswa baru
Jumat, 2 Agustus 2024 14:59
Kebijakan afirmatif kurangi kesenjangan akses pendidikan
Selasa, 23 Juli 2024 5:56
PPDB ubah preferensi terhadap sekolah elite
Rabu, 10 Juli 2024 5:50
Subsidi tak lolos SMP Negeri di Denpasar diproses sekolah
Senin, 8 Juli 2024 6:33
Pemkot Mataram berikan kewenangan sekolah jual seraga lewat koperasi
Jumat, 5 Juli 2024 17:57
Disdik sebut pelaksanaan PPBD 2024 di Mataram lancar
Jumat, 5 Juli 2024 17:55
Kemendikbudristek sebut regulasi dan pengawasan pondasi PPDB akuntabel
Senin, 1 Juli 2024 20:22
Jakarta membuka semua kanal laporkan permasalahan PPDB
Senin, 1 Juli 2024 20:02