Jakarta (ANTARA) — Platform martech asal Indonesia, seedbacklink, menggelar forum strategis untuk membahas arah kebijakan dan strategi pemasaran digital menjelang 2026. Acara ini mempertemukan praktisi pemasaran, pemilik merek, serta kreator konten guna mendiskusikan pemanfaatan teknologi, perubahan perilaku audiens, dan tantangan industri komunikasi di masa depan.
Forum tersebut menyoroti pentingnya efisiensi kerja dan penggunaan teknologi digital dalam menghadapi dinamika pasar yang semakin kompetitif. Diskusi difokuskan pada bagaimana merek dapat membangun strategi pemasaran yang berdampak, terukur, dan berkelanjutan.
CEO seedbacklink, Ahmad Desrayen, mengatakan platform ini dikembangkan untuk menjawab tantangan kerja administratif yang kerap menghambat kinerja marketer.
"seedbacklink bertujuan mempermudah proses publikasi media dan membantu merek memperoleh eksposur yang relevan secara lebih cepat dan efisien," ujarnya.
Menjelang 2026, seedbacklink berencana memperluas inventori dengan menambah media niche serta akses ke KOL yang telah melalui proses kurasi. Langkah ini ditujukan untuk mendukung kampanye merek yang lebih profesional dan sesuai dengan target audiens. Pada kesempatan yang sama, Ahmad Desrayen juga mengumumkan ekspansi seedbacklink ke Malaysia sebagai bagian dari strategi memperluas ekosistem media di kawasan Asia Tenggara.
Sementara itu, CEO Media Buffet Bima Marzuki menyoroti peran kecerdasan buatan (AI) dalam lanskap pemasaran global. Ia menegaskan bahwa AI dan Google memiliki peran yang berbeda namun saling melengkapi. Google tetap menjadi fondasi pencarian informasi, sementara AI berfungsi mendukung pembuatan dan pengolahan konten yang kompleks.
"Sistem AI membaca reputasi merek dari jejak digital yang telah dibangun sebelumnya. Karena itu, strategi SEO dan distribusi publikasi yang konsisten dinilai penting untuk memperkuat kredibilitas merek di ekosistem digital," katanya.
Panel diskusi lainnya membahas tantangan kolaborasi antara merek dan kreator konten. Para narasumber menekankan pentingnya kesesuaian persona, kejujuran, dan keaslian konten agar pesan promosi dapat diterima audiens secara lebih natural. Kreator konten, Amritsa, menyatakan bahwa kejujuran dan fokus pada niche merupakan kunci membangun hubungan emosional dengan audiens.
Co-Founder KOL.id Rizky Permata Najatafani menilai ekosistem influencer kini bergerak ke arah yang lebih terstruktur dan berbasis data. "
"Popularitas semata tidak lagi menjadi tolok ukur utama, melainkan dampak bisnis dan relevansi audiens yang dihasilkan dari sebuah kolaborasi," tuturnya.
Melalui forum ini, seedbacklink menegaskan pentingnya pendekatan pemasaran yang strategis, berbasis data, serta berorientasi jangka panjang. Penyelenggara berharap diskusi tersebut dapat mendorong terciptanya ekosistem pemasaran digital yang lebih sehat, efektif, dan adaptif terhadap perkembangan teknologi menjelang 2026.