BUPATI: IMPOR JAGUNG DILEMA BAGI PETANI DOMPU

id

     Dompu, 18/1 (ANTARA) - Bupati Dompu H Bambang M Yasin menilai adanya jagung impor yang masuk ke Indonesia dalam jumlah relatif banyak menjadi dilema bagi para petani di daerahnya yang menanam komoditas tersebut.

     "Impor jagung menjadi dilema bagi daerah kami. Petani di Dompu sukses menanam jagung, tapi tiba-tiba begitu panen, pemerintah pusat membuka kran impor. Itu bisa jadi bumerang bagi petani," katanya usai mengikuti acara "road show" program kemitraan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Dikpora) se kabupaten/kota di Dompu, Rabu.      

      Karena itu, Bambang terus memperjuangkan agar bagaimana pemerintah pusat mengakui keberhasilan daerah dalam memproduksi komoditas yang dibutuhkan oleh industri olahan hasil pertanian di dalam negeri dengan tidak mengimpor komoditas tertentu terutama jagung.

     Pemerintah pusat harus memperhatikan jerih payah petani dalam berproduksi jagung dengan mengurangi volume dan menghentikan impor secara bertahap, sehingga komoditas yang dihasilkan petani bisa diserap oleh pasar dengan harga yang layak.

     Ia juga sudah menyampaikan secara tegas kepada Wakil Presiden Boediono agar mau membuat kontrak kerja dengan para bupati/wali kota dalam hal penyediaan bahan baku untuk kebutuhan industri nasional yang bergerak di bidang olahan hasil pertanian.

     "Saya sudah sampaikan ke wapres, agar dibuat kontrak kerja dengan para bupati/wali kota. Misalnya dengan Bupati Dompu mengenai produksi jagung sebanyak satu juta ton per tahun, sehingga perusahan pakan ternak mendapat kepastian sumber suplai untuk kebutuhan bahan baku mereka," katanya.

     Dengan kontrak kerja tersebut, menurut Bambang, para bupati/wali kota dan gubernur fokus untuk menjalankan komitmennya membangun daerah dan meningkatkan kesejahteraan petani.

     "Bupati dan gubernur selama ini ribut dengan urusan masing-masing tanpa peduli  masalah secara nasional. Kita lihat sendiri, jagung diimpor, garam diimpor. Padahal kita punya sumber daya alam yang bisa dikelola dengan optimal," ujarnya.

     Bambang bersyukur hingga saat ini petani di wilayahnya sudah memiliki komitmen untuk menjadikan Dompu sebagai salah satu lumbung jagung di NTB, bahkan di tingkat nasional dengan luas areal tanam yang terus bertambah dan tingkat produksi rata-rata delapan ton per hektare (ha).

     Pemerintah Kabupaten Dompu akan terus menambah  luas areal  tanam jagung. Pada 2010, luas areal tanamam jagung mencapai 15 ribu ha. Angka itu meningkat menjadi hampir 30 ribu ha pada 2011. Sementara pada 2012 ditargetkan meningkat menjadi 50 ribu ha.

     Peningkatan luas areal tanam menjadi 50 ribu ha akan menjadi skenario tiap tahun. Upaya itu dilakukan dengan cara mengoptimalkan lahan sawah irigasi untuk menanam jagung setelah musim panen padi, disamping memaksimalkan potensi lahan kering yang memang hanya bisa ditanami palawija pada musim hujan.

     Menurut dia, bertambahnya luas lahan tanam jagung sebagai dampak dari membaiknya harga yang diterima petani meskipun ketika musim panen raya. Harga jagung terendah yang diterima petani saat musim panen raya sebesar Rp2.200 per kilogram dalam bentuk pipilan.

     "Harga beli jagung yang berlaku pada saat panen raya tahun lalu bisa memberikan keuntunggan sebesar 300 hingga 400 persen, sehingga terjadi penambahan luas areal tabam yang cukup signifikan dan mudah-mudahan semangat petani untuk menanam jagung terus meningkat dan  dan tidak berkurang akibat impor jagung," katanya.

     Data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik, tercatat nilai impor jagung sepanjang periode Januari-November 2011 mencapai 967,33 juta dolar Amerika Serikat (AS). Nilai impor itu melampaui realisasi impor jagung selama jangka waktu yang sama pada 2010 sebesar 1,52 juta ton dengan nilai 369,07 juta dolar AS.

(*)