MENDIKBUD: FLS2N JUGA BERTUJUAN MEMBENTUK KARAKTER ANTIKORUPSI

id

     Mataram, 18/6 (ANTARA) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengatakan, Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) yang digelar di Mataram, Nusa Tenggara Barat, juga bertujuan membentuk karakter antikorupsi.

     "Korupsi juga termasuk didalamnya, karena korupsi itu akibat hilangnya etika, tidak punya sopan santun, bukan hartanya diambil juga, sehingga festival dan lomba seni ini juga terkait itu," kata Nuh usai pembukaan FLS2N 2012, di Mataram, Senin.  

     FLS2N yang berlangsung 17-23 Juni 2012 itu diikuti sebanyak 3.800 orang peserta dan pendamping dari 33 provinsi di Indonesia, yang berasal dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), siswa berkebutuhan khusus atau Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK), Sekolah Menengah Atas (SMA) baik negeri maupun swasta.

     Peserta FLS2N itu merupakan para juara di tingkat provinsi, yang jumlahnya mencapai 1.743 orang siswa. Pendamping/pelatih/juri dan panitia sebanyak 1.188 orang.  

     Peserta terbagi dalam enam jenjang pendidikan yakni SD, SMP, PKLK pendidikan dasar (Dikdas), SMA dan PKLK pendidikan menengah (Dikmen).

     Jenis perlombaan jenjang pendidikan SD yakni lomba menyanyi solo (tunggal), seni tari daerah, ketrampilan (menganyam dan seni kriya), lomba pidato Bahasa Indonesia, dan lomba membuat cerita bergambar.

     Jenjang SMP yakni lomba vocal group, seni baca Al Quran, menulis cerpen, dongeng, menyanyi solo dan seni tari kreasi daerah.

     Jenjang PKPLK Dikdas yakni lomba menyanyi solo, seni lukis dan cipta/baca puisi, dan jenjang SMA yakni lomba desain poster, ketrampilan, cipta/baca puisi, menyanyi solo, seni baca Al Quran, drama singkat dan seni tari kreasi daerah. 

     Sedangkan jenjang PKLK Dikmen yakni lomba seni lukis, menyanyi solo, tata rias dan modeling, seni tari kreasi daerah, desain grafis dan komputer, dan lomba seni pantomim.

     Nuh mengatakan, pihaknya tidak ingin hanya mencerdaskan seseorang hanya untuk pandai saja, tetapi juga peningkatan logika agar nyaman dalam berkomunikasi dan santun dalam berekspresi.

     Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) makin fokus menggarap tiga wilayah berpikir dan bertindak di kalangan pelajar, yakni logika, etika dan estetika.

     Logika mengandalkan penguatan rasionalitas, etika untuk menumbuhkan kesantunan dalam berperilaku dan berinteraksi, dan estetika untuk tampakan atau ekspresikan keindahan.

     "FLS2N ini untuk memperkuat ketiga wilayah itu, agar tawuran dan kekerasan yang sering dilakukan kalangan pelajar, tidak terjadi lagi. Tawuran dan kekerasan itu karena hilangnya etika dan estetika," ujarnya.

     Ia menyebut praktik korupsi merupakan bagian dari hilangnya etika sehingga sejak dini perlu dilakukan pembentukan karakter antikorupsi di kalangan generasi muda penerus bangsa. (*)