Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat memberikan "trauma healing" (bantuan penyembuhan untuk mengatasi gangguan psikologis) bagi pelajar yang berada di wilayah konflik antar kampung yakni di Kelurahan Monjok dan Karang Taliwang Kecamatan Cakranegara.
Kegiatan tersebut diikuti ribuan siswa SMPN dan SD dari dua wilayah itu dan dihadiri langsung Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana, Kepala Dinas Pendidikan Kota Mataram H Yusuf S Pd, jajaran TNI/Polri, serta kepala sekolah, guru da jajaran di halaman SMPN 4 Mataram, di Mataram, Jumat.
Wali Kota Mataram Mohan Roliskana pada kesempatan itu menilai kegiatan "trauma healing" itu penting bagi anak-anak untuk menghilangkan trauma yang mereka alami akibat konflik yang terjadi pada awal bulan Oktober 2023.
"Harapan kita, melalui kegiatan ini anak-anak bisa melupakan konflik yang terjadi di wilayah mereka dan kembali semangat belajar untuk mencapai masa depan," katanya.
Wali kota juga berharap kepada para orang tua agar tidak mewarisi hal-hal buruk serta kebencian kepada anak-anak. Anak-anak harus tumbuh dan berkembang dalam suasana kondusif.
"Mari kita lakukan hal-hal baik agar menjadi contoh bagi anak-anak dan mereka bisa merajut masa depan dan kehidupan lebih baik," katanya.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Kota Mataram H Yusuf S Pd mengatakan, kegiatan "trauma healing" tersebut dirangkaikan dengan tandatangan pernyataan siswa dari perwakilan lima lingkungan dan diadakan berbagai kegiatan permainan.
"Harapannya, permainan tersebut dapat mengembalikan keceriaan anak-anak dan anak-anak dari dua wilayah konflik bisa membaur, serta menyadari bahawa semua siswa bersaudara," katanya.
Pada kesempatan tersebut anak-anak peserta kegiatan juga diberikan kesempatan untuk menyampaikan harapan mereka sebagai korban konflik antar kampung.
Hardiono siswa Kelas IX SMPN 4 Mataram berhadap agar konflik antar kampung tidak lagi terjadi dan itu hanya merugikan anak-anak.
"Selama konflik, kami tidak bisa belajar secara normal. Meskipun ada belajar daring kami tidak bisa sepenuhnya paham materi dan kami ketakutan ketika keluar rumah," katanya.