Smelter titanium Bangka Belitung pacu hilirisasi industri

id Menperin, agus Gumiwang Kartasasmita, kemenperin, smelter titanium, ilmenite, industri logam dasar, industri logam, inve

Smelter titanium Bangka Belitung pacu hilirisasi industri

Menteri Perindustrian (Agus Gumiwang Kartasasmita). (ANTARA/HO Kementerian Perindustrian)

Jakarta (ANTARA) -
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut pengembangan industri smelter pertama di Indonesia yang terletak di Kepulauan Bangka Belitung diharapkan dapat memacu hilirisasi industri.
 
"Pemerintah secara aktif memacu hilirisasi industri dalam rangka peningkatan nilai tambah bahan baku mineral di dalam negeri," katanya di Jakarta, Jumat.
 
Menperin mengapresiasi pembangunan pembangunan industri pengolahan atau pemurnian (smelter) ilmenite menjadi produk titanium slag. Progres pembangunan smelter titanium pertama di Indonesia itu saat ini sudah mencapai 75 persen. Dengan dibangunnya smelter tersebut, Indonesia dapat meningkatkan nilai tambah, mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan nilai tambah dalam rantai pasok industri.

Ilmenite merupakan salah satu sumber unsur titanium (Ti) yang dibutuhkan untuk membuat berbagai paduan performa tinggi. Ilmenite terbentuk sebagai mineral utama dalam batuan beku mafik, terkonsentrasi dalam suatu lapisan dan ditemukan sebagai limbah dari pertambangan timah atau pertambangan pasir zirconium.
 
Menperin menyampaikan, sebagian besar ilmenite yang ditambang di seluruh dunia digunakan untuk menghasilkan titanium dioksida (Ti02), pigmen, kapur putih, dan polishing abrasif.
 
"Adanya smelter titanium dengan bahan baku Ilmenite ini tentunya akan dapat meningkatkan nilai tambah dari bijih mineral dan menciptakan lapangan kerja di sektor industri hilirisasi, terutama di sektor industri yang memanfaatkan titanium seperti industri alat-alat kesehatan, pesawat terbang, pesawat luar angkasa, dan peralatan militer," paparnya.
 
Smelter titanium yang dibangun di Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, dengan investasi Rp1,3 triliun itu berkapasitas produksi 100 metrik ton per hari, dan akan memainkan peran dalam memenuhi kebutuhan titanium di dalam negeri maupun global.
 
 
Menperin mengemukakan, industri logam dasar merupakan salah satu sektor unggulan yang menjadi penggerak utama pada pertumbuhan industri pengolahan nasional, dengan capaian kontribusi sebesar 10,86 persen (y-on-y) pada triwulan III tahun 2023.

Baca juga: Kemenperin tingkatkan daya saing industri keramik
Baca juga: Kemenperin mencetak 269 SDM siap kerja dari Politeknik ATI Makassar
 
Sumbangsih yang signifikan tersebut seiring adanya peningkatan permintaan ekspor untuk produk logam dasar. "Selama triwulan III-2023, pertumbuhan ekspor produk industri logam mengalami ekspansi sebesar 1,72 persen (y-on-y), dan pertumbuhan impor produk industri logam mengalami penurunan atau kontraksi sebesar 24,97 persen (y-on-y), sehingga neraca perdagangan industri logam dasar mengalami surplus sebesar 5,6 miliar dolar AS," sebutnya.
 
Selain itu, kinerja yang gemilang juga ditorehkan oleh subsektor industri logam dasar melalui realisasi investasi yang tumbuh sebesar 9,50 persen.