Mataram (ANTARA) - Komposisi penanaman modal dalam negeri atau PMDN masih menjadi lokomotif investasi di Nusa Tenggara Barat dengan kontribusi sebesar 92 persen dari total nilai realisasi investasi sepanjang April sampai Juni 2024.
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Nusa Tenggara Barat mencatat total realisasi investasi pada triwulan II 2024 sebesar Rp16,70 triliun.
"Nilai realisasi Rp16,70 triliun itu didukung oleh PMDN Rp15,38 triliun dan PMA (penanaman modal asing) Rp1,35 triliun," kata Pelaksana Tugas Kepala DPMPTSP Nusa Tenggara Barat Wahyu Hidayat di Mataram, Selasa.
Baca juga: Realisasi investasi di NTB tembus hingga Rp25,55 triliun dalam enam bulan
Wahyu mengungkapkan dominasi investasi domestik menandakan kemampuan dan optimisme para pelaku usaha di Indonesia dalam membangun perekonomian nasional.
Menurutnya, PMDN membuktikan kekuatan Indonesia untuk membangun investasi daerah terkhusus di Nusa Tenggara Barat.
"Investasi itu tidak terlihat secara langsung mempengaruhi kondisi masyarakat, tetapi dari hidup atau bergeraknya investasi di NTB ada tenaga kerja yang terserap," kata Wahyu.
Lapangan usaha terbesar yang mendominasi capaian realisasi investasi adalah sektor energi dan sumber daya mineral sebesar Rp12,45 triliun, sektor perindustrian Rp2,89 triliun, dan sektor perdagangan Rp653 miliar.
Baca juga: Realisasi Investasi triwulan II di NTB capai Rp16,70 triliun
Kegiatan pembangunan fasilitas pemurnian dan peleburan mineral atau smelter di Kabupaten Sumbawa Barat menopang capaian realisasi investasi tersebut.
Wahyu memandang saat proyek smelter rampung hal itu berpotensi menurunkan investasi, sehingga pemerintah akan mendorong para pelaku usaha untuk menjalankan proyek baru agar capaian investasi tetap tinggi di Nusa Tenggara Barat.
Kini kemajuan proyek smelter tembaga milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara Barat di Sumbawa Barat telah mencapai 95 persen. Dengan demikian, produksi katoda diperkirakan bisa dimulai pada kuartal IV 2024.
Baca juga: Realisasi investasi triwulan I di NTB capai Rp8,84 triliun
Fasilitas smelter itu dirancang memiliki kapasitas input terpasang sebesar 900 ribu ton konsentrat per tahun (ktpa) konsentrat dari tambang Batu Hijau dan proyek Elang. Produk dari peleburan berupa katoda tembaga yang mencapai 222 ktpa dan asam sulfat mencapai 830 ktpa.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pada triwulan II 2024, pertumbuhan produk domestik regional bruto atau PDRB Nusa Tenggara Barat terbesar disumbangkan oleh sektor pertambangan dan penggalian dengan komposisi mencapai 46 persen.
Baca juga: Investor Dubai siap bangun mal di Lombok Tengah