Dwi Tunggal Soekarno-Hatta mesti diteladani pemimpin RI
Jakarta (ANTARA) - Putri Pertama Proklamator Indonesia Mohammad Hatta, Meutia Farida Hatta, menyebut pentingnya para pemimpin Republik Indonesia (RI) untuk memaknai dan meneladani Dwi Tunggal Soekarno-Hatta demi menjaga keutuhan bangsa.
“Kerja sama Soekarno-Hatta bukan hanya sekadar proklamasi kemerdekaan, melainkan mereka satu hati dalam pikiran, perasaan. Bukan hanya memerdekakan, melainkan memunculkan rasa bertanggung jawab sebagai proklamator, punya tanggung jawab dalam pelaksanaan kemerdekaan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Ini mesti menjadi teladan,” ujar Meutia di Jakarta, Senin.
Ia menyampaikan hal tersebut pada pembukaan Pameran Arsip Bung Hatta dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Sang Proklamator yang ke-122 pada hari ini, Senin (12/8) di Gedung Pameran Tetap Arsip Statis Presiden Soekarno, Jakarta Barat.
“Masih banyak orang yang tidak tahu kalau proklamator itu ada dua, Soekarno dan Hatta. Banyak orang yang tidak tahu atau sengaja secara politis menenggelamkan Hatta. Hari ini, arsip-arsip yang dipamerkan itu sesudah Desember 1956, kami terus mencoba mengumpulkan dan menyampaikan arsipnya kepada Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), terutama dari tahun 1945-1950 yang sebetulnya sangat kaya,” paparnya.
Ia juga mengemukakan, Soekarno-Hatta adalah Proklamator yang saling mempercayai satu sama lain, terbukti saat akan mengumumkan naskah proklamasi, Soekarno meminta Hatta mendiktekan isi naskah untuk dituliskan dan dibawa ke sidang.
“Naskah sidang-sidang pertama Proklamasi itu tertinggal di Gedung Pancasila karena pada tanggal 16 Agustus 1945 mereka berdua diculik ke Rengasdengklok. Di situ yang saya lihat, mereka itu sehati, jadi mendiktekan dan menuliskan bersama-sama kemudian dibawa ke sidang. Saat itu, Bung Karno bilang, Bung Hatta saja yang mendikte isinya (naskah proklamasi), dan saya yang akan menuliskan,” tuturnya.
Ia mengajak anak-anak muda untuk mengunjungi Pameran Arsip Statis Kepresidenan untuk mempelajari dan meneladani kepemimpinan Soekarno-Hatta.
“(Melalui arsip), anak-anak muda diajak bagaimana memimpin dan menjaga negara, tidak boleh goyah dari tujuan semula demi kemajuan bangsa dan negara kita,” ucapnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala ANRI Imam Gunarto menyampaikan, materi arsip yang dipamerkan terkait dengan peran dan kiprah Bung Hatta setelah tidak menjabat lagi sebagai Wakil Presiden pada tahun 1956.
“Hal ini perlu disampaikan kepada masyarakat karena sampai saat ini mungkin ada sebagian masyarakat yang tentunya belum mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh Bung Hatta setelah tahun 1956. Semoga dengan adanya pameran arsip ini, pertanyaan-pertanyaan mengenai peran dan kiprah Bung Hatta yang terjadi sekitar tahun tersebut akan terjawab dengan baik,” katanya.
Menurutnya, Bung Hatta adalah seorang tokoh nasionalis sekaligus proklamator yang berperan aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan merupakan tokoh yang sangat dihormati baik di dalam maupun luar negeri.
Baca juga: Gelar lomba mewarnai, Aruna Senggigi apresiasi bakat seni anak-anak
Baca juga: Ratusan warga binaan Lapas Selong Lotim diusulkan dapat remisi kemerdekaan
“Gambaran peristiwa yang terekam dalam arsip tersebut dapat menjadi sarana pembelajaran dan contoh yang baik bagi kita dari para pendahulu, baik mengenai kekurangan maupun kelebihannya dalam mempertahankan kemerdekaan dan membangun negeri yang kita cintai ini,” tuturnya.
Selain pameran arsip Bung Hatta, di Gedung Pameran Tetap Arsip Statis Presiden Soekarno tersebut juga diselenggarakan lokakarya seni lukis Betawi pelatihan kepemimpinan Soekarno, dan pameran 60 karya Lukisan dari Pelukis Betawi, Sarnadi, tentang kiprah Bung Hatta setelah tahun 1956.
“Kerja sama Soekarno-Hatta bukan hanya sekadar proklamasi kemerdekaan, melainkan mereka satu hati dalam pikiran, perasaan. Bukan hanya memerdekakan, melainkan memunculkan rasa bertanggung jawab sebagai proklamator, punya tanggung jawab dalam pelaksanaan kemerdekaan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Ini mesti menjadi teladan,” ujar Meutia di Jakarta, Senin.
Ia menyampaikan hal tersebut pada pembukaan Pameran Arsip Bung Hatta dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Sang Proklamator yang ke-122 pada hari ini, Senin (12/8) di Gedung Pameran Tetap Arsip Statis Presiden Soekarno, Jakarta Barat.
“Masih banyak orang yang tidak tahu kalau proklamator itu ada dua, Soekarno dan Hatta. Banyak orang yang tidak tahu atau sengaja secara politis menenggelamkan Hatta. Hari ini, arsip-arsip yang dipamerkan itu sesudah Desember 1956, kami terus mencoba mengumpulkan dan menyampaikan arsipnya kepada Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), terutama dari tahun 1945-1950 yang sebetulnya sangat kaya,” paparnya.
Ia juga mengemukakan, Soekarno-Hatta adalah Proklamator yang saling mempercayai satu sama lain, terbukti saat akan mengumumkan naskah proklamasi, Soekarno meminta Hatta mendiktekan isi naskah untuk dituliskan dan dibawa ke sidang.
“Naskah sidang-sidang pertama Proklamasi itu tertinggal di Gedung Pancasila karena pada tanggal 16 Agustus 1945 mereka berdua diculik ke Rengasdengklok. Di situ yang saya lihat, mereka itu sehati, jadi mendiktekan dan menuliskan bersama-sama kemudian dibawa ke sidang. Saat itu, Bung Karno bilang, Bung Hatta saja yang mendikte isinya (naskah proklamasi), dan saya yang akan menuliskan,” tuturnya.
Ia mengajak anak-anak muda untuk mengunjungi Pameran Arsip Statis Kepresidenan untuk mempelajari dan meneladani kepemimpinan Soekarno-Hatta.
“(Melalui arsip), anak-anak muda diajak bagaimana memimpin dan menjaga negara, tidak boleh goyah dari tujuan semula demi kemajuan bangsa dan negara kita,” ucapnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala ANRI Imam Gunarto menyampaikan, materi arsip yang dipamerkan terkait dengan peran dan kiprah Bung Hatta setelah tidak menjabat lagi sebagai Wakil Presiden pada tahun 1956.
“Hal ini perlu disampaikan kepada masyarakat karena sampai saat ini mungkin ada sebagian masyarakat yang tentunya belum mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh Bung Hatta setelah tahun 1956. Semoga dengan adanya pameran arsip ini, pertanyaan-pertanyaan mengenai peran dan kiprah Bung Hatta yang terjadi sekitar tahun tersebut akan terjawab dengan baik,” katanya.
Menurutnya, Bung Hatta adalah seorang tokoh nasionalis sekaligus proklamator yang berperan aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan merupakan tokoh yang sangat dihormati baik di dalam maupun luar negeri.
Baca juga: Gelar lomba mewarnai, Aruna Senggigi apresiasi bakat seni anak-anak
Baca juga: Ratusan warga binaan Lapas Selong Lotim diusulkan dapat remisi kemerdekaan
“Gambaran peristiwa yang terekam dalam arsip tersebut dapat menjadi sarana pembelajaran dan contoh yang baik bagi kita dari para pendahulu, baik mengenai kekurangan maupun kelebihannya dalam mempertahankan kemerdekaan dan membangun negeri yang kita cintai ini,” tuturnya.
Selain pameran arsip Bung Hatta, di Gedung Pameran Tetap Arsip Statis Presiden Soekarno tersebut juga diselenggarakan lokakarya seni lukis Betawi pelatihan kepemimpinan Soekarno, dan pameran 60 karya Lukisan dari Pelukis Betawi, Sarnadi, tentang kiprah Bung Hatta setelah tahun 1956.