Jakarta (ANTARA) - Polandia menyatakan kesiapan untuk membantu program makanan bergizi gratis Indonesia karena memiliki pengalaman sukses mengatasi masalah nutrisi dan menyediakan vitamin bagi anak-anak hanya dalam waktu empat tahun.
"Kami dapat berbagi dengan Indonesia, kesalahan dan kesuksesan kami karena kami telah melalui proses ini,” kata Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Besar Polandia untuk Indonesia Maciej Tumulec pada Perayaan Hari Kemerdekaan Polandia di Jakarta, Rabu.
Tumulec menjelaskan bahwa Polandia mengalami masalah gizi anak sekitar 14 tahun yang lalu, terutama bagi anak-anak di golongan kelas miskin yang menderita kekurangan makanan di sekolah.
Pemerintah Polandia saat itu menawarkan program yang mereka sebut 'segelas susu'. Tidak sekedar susu, program tersebut juga menyediakan paket makanan lengkap termasuk buah segar.
Baca juga: Polandia mencatat rekor tertinggi kasus covid-19
“Itu hanya berlangsung selama empat tahun karena, Anda tahu, pada akhirnya setelah empat tahun itu sangat sukses. Tidak ada lagi masalah dengan nutrisi dan menyediakan vitamin bagi anak-anak. Dan saya percaya di Indonesia bisa sama,” ucapnya.
Lebih lanjut, Tumulec menyampaikan Polandia bukan hanya produsen pangan terbesar di Eropa, tetapi juga sangat kuat dalam industri pengolahan. Sehingga, tidak hanya sekedar berbagai pengalaman, negaranya siap memberikan bantuan teknis dan pengetahuan untuk melakukan program makan bergizi gratis.
Baca juga: Keamanan investasi bisa bantu ekonomi RI tumbuh 8 persen
“Polandia, sebagai salah satu produsen pangan terbesar di Eropa, juga siap berkontribusi terhadap ketahanan pangan Indonesia dan meningkatkan kerja sama di bidang industri pengolahan pangan. Kami siap mendukung pemerintahan baru dalam melaksanakan program makanan gratis,” tegasnya.
Menanggapi kesiapan Polandia dalam membantu program yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo tersebut, Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli yang hadir mewakili pemerintah Indonesia dalam perayaan Hari Kemerdekaan Polandia itu menyambut dengan baik tawaran tersebut.
“Menurut saya, ini berarti ada peluang dan kemudian jika peluang tersebut dapat memberikan benefit kepada kedua negara, kenapa tidak,” kata Yassierli.