Mataram (ANTARA) - Kasus pelecehan seksual yang menimpa puluhan santriwati di Kabupaten Lombok Barat, mendapat perhatian serius dari Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Lalu Muhamad Iqbal.
"Iya, Pak Gubernur sudah telepon saya, meminta supaya komunikasi dengan dinas teknis, UPTD, dan Kabupaten Lombok Barat," kata Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram Joko Jumadi, di Mataram, Rabu.
Joko mengatakan kepada gubernur ia telah menjelaskan proses penanganan, termasuk langkah komunikasi pada santriwati yang menjadi korban pelecehan seksual, termasuk perlindungan pada korban.
"Para korban ini kami jaga kerahasiaannya. Sementara yang sudah kami temui ada delapan orang," ucapnya.
Baca juga: Ustadz ponpes pelaku pelecehan santriwati di Lombok Barat ditangkap
Ia juga menyampaikan kepada Gubernur NTB bahwa persoalan yang terjadi di lembaga pendidikan agama tersebut dilakukan oleh oknum. Jadi tidak perlu membawa nama pondok pesantrennya.
"Yang bersangkutan (pelaku) juga sudah dikeluarkan dari pondok pesantren," tambahnya.
Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal telah memerintahkan Kepala UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Eny Chaerani turun membantu para korban. "Saya sudah meminta bantuan Kepala UPTD segera berkoordinasi dengan lembaga-lembaga perlindungan korban yang ada," kata Iqbal.
Baca juga: Film Bidaah jadi inspirasi korban pelecehan ustadz di Lombok Barat
Gubernur NTB juga meminta UPTD bergerak cepat dan pro aktif bekerja sama dengan Pemkab Lombok Barat membantu para korban. "Berikan dukungan langsung, tidak usah terlalu birokratis. Saya meminta langsung untuk memberikan bantuan sebaik mungkin," katanya.
Dalam pendampingan kepada korban, Gubernur NTB juga meminta kepada UPTD menjaga kerahasiaan privasi para santriwati yang menjadi korban, karena dengan masa depan korban.
"Tolong dijaga betul korban (privasi), dipersiapkan segera untuk trauma healing," tambahnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, mencuatnya laporan korban pelecehan Walid Lombok, bermula dari viralnya film asal Malaysia Bid'ah, di mana dalam cerita film ini tokoh agama bernama Walid yang melakukan tindakan asusila pada santriwatinya. Kejadian di film ini mirip dengan yang terjadi di salah satu pondok pesantren di Kabupaten Lombok Barat.
Baca juga: Polda NTB: Penanganan kasus pelecehan santriwati sesuai prosedur
Baca juga: LPA dampingi empat santriwati korban pelecehan seksual di ponpes Lombok barat