Mataram (ANTARA) - Pengamat politik Universitas Andalas (Unand) Padang Edi Indrizal berpendapat kekalahan calon presiden Jokowi pada pemilu presiden 2019 di Sumatera Barat disebabkan sejumlah faktor mulai dari ideologi, sosiologis, kultural hingga psikologis.
"Jadi semua faktor tersebut saling terkait satu sama lain sehingga membentuk perilaku kolektif masyarakat dalam memilih," kata dia di Padang, Selasa.
Menurutnya kendati pada Pilpres 2019 pasangan Jokowi-Maruf Amin didukung 12 kepala daerah di Sumbar lewat deklarasi terbuka, ternyata strategi tersebut keliru .
"Yang terjadi bukannya suara semakin bertambah, malah lebih turun dibanding pemilu presiden 2014," ujarnya.
Artinya, ia melihat strategi yang dipakai untuk memenangkan Jokowi oleh tim sukses di Sumbar tidak menjawab persoalan yang terjadi.
Terkait dengan persoalan ideologi, ia melihat sejak awal PDIP selaku partai pengusung Jokowi sulit mendapat tempat di hati masyarakat Sumbar.
Kemudian jika menggunakan pendekatan polarisasi kemajemukan, Jokowi di Sumbar dominan mendapat suara di Dharmasraya yang notabene dihuni oleh transmigran dari Pulau Jawa.
Kemudian soal psikologis ia melihat ada yang memandang ini adalah pilihan yang hebat dan rasional.
Akan tetapi gejala perilaku memilih seperti ini tidak hanya terjadi di Indonesia, pada negara maju seperti Amerika Serikat pun juga terjadi , jadi tidak bisa semata soal rasional dan tidak rasional.
Pada sisi lain semakin maraknya penggunaan media sosial juga ikut andil membuat masyarakat lebih memilih Prabowo di Sumbar.
Sebelumnya sebanyak 12 kepala daerah di Sumatera Barat mendeklarasikan dukungannya kepada calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin saat kampanye tim Jokowi-Ma'ruf di Danau Cimpago, Padang, (9/4).
12 bupati dan wali kota tersebut adalah Bupati Pesisir Selatan Hendrajoni, Bupati Dharmasraya Sutan Riska, Bupati Pasaman Yusuf Lubis, Bupati Tanah Datar Irdinansyah Tarmizi, Bupati Sijunjung Yuswir Arifin, Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet, Bupati Limapuluh Kota Irfendi Arbi dan Bupati Solok Gusmal.
Kemudian Wali Kota Padang Panjang Fadly Amran, Wali Kota Bukittinggi Ramlan Nurmatias, Wali Kota Solok Irzal dan Wali Kota Pariaman Genius Umar.
Akan tetapi berdasarkan hasil hitung cepat Charta Politika pasangan Jokowi-Maruf Amin hanya memperoleh 12,37 persen suara dikalahkan oleh Prabowo-Sandi yang meraih 87,63 persen suara.
Berita Terkait
Puluhan Warga Mataram Lakukan Aksi Gunduli Kepala
Jumat, 21 Agustus 2015 15:53
Haji- 60 Persen Calon Haji Mataram Risiko Tinggi
Rabu, 19 Agustus 2015 21:37
Bupati Sumbawa Barat Evaluasi Jelang Akhir Jabatan
Selasa, 11 Agustus 2015 7:40
Legislator Kecewa Anggaran Sosial Minim Dialokasikan Pemprov NTB
Rabu, 5 Agustus 2015 23:18
Anggaran pengamanan pilkada sumbawa barat rp1,5 miliar
Jumat, 31 Juli 2015 15:01
Paket "K2" Pertama Mendaftar Ke KPU KSB
Senin, 27 Juli 2015 11:14
Paket "f1" didukung partai terbanyak dalam pilkada
Minggu, 5 Juli 2015 14:21
Ikan tuna NTB mengandung merkuri kadar rendah
Rabu, 10 Juni 2015 6:56