Mataram, 5/1 (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat minta kepada warga untuk mewaspadai penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan chikungunya yang sering mewabah pada musim hujan.
"Kami minta masyarakat waspada terhadap penyakit berbahaya itu karena sering muncul pada saat musim hujan seperti saat ini," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Lingkungan Dinas Kesehatan NTB Ida Bagus Jelantik, di Mataram, Selasa.
Ia mengatakan penderita penyakit DBD di NTB pada 2008 mencapai 441 orang dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak satu orang. Wilayah yang paling banyak penderita DBD adalah Kota Mataram mencapai 310 orang, Lombok Barat 60 orang dan Lombok Timur 50 orang.
"Sedangkan kasus penyakit chikungunya mencapai 814 kasus, terbanyak di Kabupaten Lombok Utara mencapai 576 orang, kemudian Lombok Barat 104 orang dan Lombok Timur 134 orang.
"Banyaknya kasus penyakit DBD tersebut disebabkan kewaspadaan warga untuk mencegah timbulnya penyakit berbahaya itu masih rendah terutama dalam menerapkan pola hidup sehat dan bersih," ujarnya.
Menurut dia perkembangan kasus dua jenis penyakit itu terjadi setiap tahun terutama pada saat musim hujan, sehingga NTB dikategorikan sebagai daerah endemik DBD dan chikungunya.
Penyakit demam berdarah atau "dengue haemorrhagic fever" (DHF) ialah penyakit disebabkan virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk "aedes aegypti" dan "aedes albopictus".
Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut.
"Sedangkan penyakit chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya. Virus ini masuk keluarga 'togaviridae' genus 'alphavirus'. Gejalanya memang mirip dengan infeksi virus dengue dengan sedikit perbedaan pada hal-hal tertentu," katanya.
Virus ini dipindahkan dari satu penderita ke penderita lain melalui nyamuk, antara lain aedes aegypti dan akan berkembang biak di dalam tubuh manusia dari semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis.
"Secara mendadak penderita akan mengalami demam tinggi selama lima hari, sehingga dikenal dengan istilah demam lima hari," katanya.
Ia mengimbau warga mewaspadai sejak dini dengan menerapkan pola 3M yakni menguras bak mandi, mengubur kaleng bekas dan menutup penampungan air untuk mencegah nyamuk berkembang biak.
"Saya juga menyarankan agar warga betul-betul memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan, serta jeli melihat adanya nyamuk yang bersarang di lingkungan sekitar tempat tinggal sehingga bisa mengambil langkah antisipasi dengan memberantas sarang nyamuk tersebut," katanya.(*)