Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menilai pembangunan waduk atau kolam retensi untuk mengatasi genangan dan banjir di kota ini sudah sangat mendesak.
"Apalagi, intensitas hujan dan debit air saat ini terus meningkat. Akibatnya, ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi genangan di mana-mana terutama di kawasan Jalan Lingkar Selatan," kata Asisten II Bidang Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Setda Kota Mataram H Mahmuddin Tura di Mataram, Kamis.
Menurutnya, genangan yang terjadi di Jalan Lingkar Selatan dipicu karena kondisi tanah yang relatif cekung, dan aliran air dari wilayah Labuapi Kabupaten Lombok Barat.
"Kalau ada kolam retensi, air yang datang dari hulu bisa kita tampung dulu di waduk. Begitu kondisi cuaca membaik barulah kita lepas sedikit demi sedikit sesuai dengan kapasitas saluran yang ada," katanya.
Terkait dengan itu, pemerintah kota telah memasukkan kegiatan pembebasan lahan untuk pembangunan waduk tersebut menjadi salah satu program prioritas tahun 2020.
Dimana untuk tahap awal, pemerintah kota sudah mengalokasikan anggaran sebesar Rp1 miliar. Sisanya, akan diusahakan pada APBD perubahan 2020.
"Lahan yang kita butuhkan seluas 6 hektare, sementara lahan yang sudah ada sekitar 1,2 hektare. Jadi kita butuh pembebasan lahan 4,8 hektare lagi," katanya.
Menurutnya, kebutuhan anggaran pembebasan lahan ini tergantung dari harga tanah per are. Apabila harganya Rp25 juta per are, maka dibutuhkan dana sekitar Rp12 miliar untuk membebaskan.
"Sementara, untuk pembangunan fisik sepenuhnya akan dibiayai oleh pemerintah pusat melalui Balai Wilayah Sungai (BWS)," ujarnya.
Keberadaan waduk itu akan sangat bermanfaat karena selain waduk tersebut bermanfaat sebagai tempat penampungan air yang datang dari hulu, juga bisa berfungsi menjadi sumber air baku, pengairan irigasi serta sebagai objek wisata.
"Pembangunan waduk sudah kita konsep seperti hutan kota, sehingga bisa menjadi lokasi wisata, edukasi dan rekreasi," katanya menambahkan.