RSUD Mataram memiliki obat dialisis untuk gagal ginjal anak

id obat,gagal,ginjal

RSUD Mataram memiliki obat dialisis untuk gagal ginjal anak

Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. (FOTO ANTARA/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, sudah memiliki obat dialisis yang disiapkan untuk lima pasien anak yang menderita gagal ginjal di daerah ini sebagai langkah antisipasi.

"Alhamdulillah, obat dialisis yang kita pesan untuk anak-anak yang menderita gagal ginjal sudah datang," kata Direktur Utama (Dirut) RSUD Kota Mataram dr Hj Eka Nurhayati di Mataram, Senin.

Ia mengatakan obat dialisis untuk anak-anak yang menderita gagal ginjal yang disiapkan itu sebagai langkah antisipasi adanya kasus gagal ginjal di kalangan anak-anak di kota ini.

Karena, kata dia, jika ada temuan kasus maka pasien harus mendapatkan obat dialisis dalam hitungan jam. Pasien gagal ginjal harus cuci darah karena ginjal mereka tidak berfungsi.

"Tapi kita, sampai hari ini (Senin 14/11-2022), belum ada menangani kasus gagal ginjal anak. Harapan kita tidak pernah ada," katanya.

Kendati demikian, lanjutnya, upaya antisipasi perlu dilakukan dengan menyiapkan berbagai fasilitas dan sarana termasuk obat-obatan.

"Jadi kita harus sedia 'payung sebelum hujan'. Obat pasien gagal ginjal anak yang kita siapkan saat ini untuk lima pasien, tapi semoga obat tersebut tidak akan pernah digunakan," katanya.

Menurutnya, obat dialisis tersebut dibeli oleh RSUD Kota Mataram, bukan bantuan dari pemerintah pusat dan harga obat ginjal ini termasuk obat yang harganya mahal.

Namun pihaknya enggan menjelaskan secara rinci tentang harga obat dialisis yang dibeli ini.

Untuk mengantisipasi gagal ginjal pada anak, tambahnya, pihak RSUD Kota Mataram juga dilibatkan dalam tim gabungan penanganan gagal ginjal yang dibentuk oleh Polresta Mataram.

"Kita sudah punya pengalaman saat COVID-19, jadi ketika ada kasus apapun kita punya wadah untuk bergerak bersama. Tidak ada yang khusus sebenarnya, tapi nanti kalau ada kasus bagaimana penanganan dan laporannya agar cepat dan tepat," demikian Eka Nurhayati.