Pengusaha Sumbawa: Newmont Tutup Kami Gulung Tikar

id Pengusaha Sumbawa

Pengusaha Sumbawa: Newmont Tutup Kami Gulung Tikar

PTNNT di Sumbawa Barat (Ist)

Masyarakat bingung, masa depan seperti apa yang menanti mereka kalau PTNNT tidak beroperasi lagi

Mataram,  (Antara) - Alan Ramlan, pengusaha di Sumbawa Barat mengkhawatirkan kelangsungan usahanya bakal meredup, bahkan terancam mengalami gulung tikar, jika PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) operasionalnya ditutup.

"Tidak terbayang bagaimana kalau sampai PTNNT tutup, bagaimana hidup kami selanjutnya. Sektor usaha lain sudah tentu banyak yang mengalami kebangkrutan karena ditinggalkan konsumen," keluh Alan Ramlan, dihubungi dari Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin.

Alan menuturkan, selama ini dirinya membuka usaha sebuah rumah makan yang menyajikan ikan bakar khas Balikpapan di Pantai Maluk, yang konsumennya adalah para karyawan PT Newmont.

Pada hari-hari normal, omzet usaha yang diperoleh Alan mencapai Rp3 juta - Rp4 juta per hari. "Sekarang ini, tepatnya tiga bulan terakhir setelah berhembus isu PTNNT mau tutup, kontan omzet saya turun drastis menjadi Rp1 juta per hari," kata dia, prihatin.

Kondisi ini, ujar dia, sangat membingungkan karena selain khawatir terhadap kelangsungan usaha, juga memikirkan nasib empat karyawan yang selama ini membantu usaha.

"Pokoknya isu tentang tutupnya PTNNT benar-benar menggelisahkan masyarakat Sumbawa Barat, karena bukan hanya saya saja yang nanti terkena dampaknya, tetapi juga warga yang bergerak di bidang usaha lain," lanjut Alan.

Dampak yang paling nyata, kata Alan menambahkan, sejak isu berhembus, sektor bisnis lain juga ikut-ikutan mengalami kelesuan, hingga pemilik usaha rata-rata harus mengencangkan ikat pinggang agar bisnisnya tidak sampai terhenti.

"Bisnis di Sumbawa Barat ini mayoritas bergantung pada PTNNT. Entah menjadi mitra, atau seperti saya, di mana pelanggan rumah makan saya adalah karyawan perusahaan itu," katanya.

Selain kalangan pebisnis, Alan menuturkan, masyarakat pun tidak kalah kalang kabut menghadapi isu tersebut. "Masyarakat bingung, masa depan seperti apa yang menanti mereka kalau PTNNT tidak beroperasi lagi," urainya.

Bukti kekalangkabutan itu, kata Alan, sekarang ini di kawasan Maluk banyak dijumpai rumah yang dipasang plang `mau dijual`. Langkah ini dilakukan, karena pemilik rumah sudah dilanda ketakutan, kalau tidak ada PTNNT, bagaimana nanti dapat membayar biaya kredit rumah tiap bulannya.

"Padahal, ini baru isu, tapi dampaknya sudah luar biasa seperti ini. Maka tolong pemerintah, kasihani rakyat yang belum siap jika PTNNT sampai tutup Januari nanti. Pikirkan kami sebagai rakyat kecil, agar tidak menjadi korban jika PTNNT ditutup," katanya.

PT Newmont Nusa Tenggara adalah perusahaan tambang tembaga dan emas yang beroperasi berdasarkan Kontrak Karya generasi IV yang ditandatangani pada 2 Desember 1986. Saham PTNNT dimiliki Nusa Tenggara Partnership BV 56 persen (yang dimiliki oleh Newmont Mining Corporation & Nusa Tenggara Mining Corporation of Japan), dengan tujuh persen saham NTPBV sesuai KK akan didivestasi kepada Pemerintah Indonesia melalui pembelian oleh salah satu badan milik Kementerian Keuangan.

PT Pukuafu Indah memegang saham di PTNNT sebesar 17,8 persen, PT Multi Daerah Bersaing memegang saham sebesar 24 persen (sebuah perusahaan yang dimiliki oleh Bumi Resources, Pemda Provinsi Nusa Tenggara Barat, Pemkab Sumbawa Barat dan Sumbawa) dan dan PT Indonesia Masbaga Investama memegang 2.2 persen saham.

Sejak beroperasi penuh di Indonesia pada tahun 2000, total kontribusi PTNNT mencapai hampir Rp90 triliun yang meliputi pembayaran pajak dan fee, royalti, gaji karyawan, pembelian barang dan jasa dalam negeri, serta dividen bagi pemegang saham nasional.

Selain itu, PTNNT juga telah melaksanakan program-program tanggung jawab sosial untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat sekitar tambang dengan dana rata-rata Rp50 miliar per tahun. Saat ini PTNNT mempekerjakan sebanyak 4000-an karyawan dan 5000-an kontraktor.