Kupang (ANTARA) - Harga cabai di pasar tradisional Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur menjelang Ramadhan 2023 mulai turun dari sebelumnya Rp150 ribu per kilogram menjadi Rp80 ribu per kilogram. "Harga cabai sudah mulai turun dari minggu lalu, memang sebelumnya harga cabai yang dijual di pasar-pasar tradisional Kota Kupang sangat mahal hingga menembus Rp150 ribu/kg," kata Ronald Poto pedagang cabai di Pasar Fatubesi Kota Kupang, Minggu.
Ia mengatakan harga cabai yang dijual para pedagang di Kota Kupang itu mulai turun setelah akses jalan di lokasi tanah longsor Takari sudah bisa dilintasi kendaraan umum. Menurut dia harga cabai menjadi mahal di Kota Kupang selama dua pekan karena faktor cuaca sehingga menyulitkan para pedagang memasok cabai dari luar kota setelah terjadi tanah longsor yang menutupi ruas jalan nasional lintas Pulau Timor di Takari. "Harga cabai ini sudah mulai turun sejak minggu lalu, apalagi masyarakat Kota Kupang kurang sekali membeli cabai karena harga sudah sangat mahal," ujar Ronadl Poto.
Dia menambahkan apabila kondisi cuaca semakin membaik dan ruas jalan di lokasi longsoran sudah bisa dilintasi semua kendaraan maka pasokan cabai dari Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Malaka menjadi lebih banyak dan harga semakin murah apalagi menjelang Ramadhan. Penjabat Wali Kota Kupang George Melkianus Hadjoh mengatakan harga cabai yang dijual di pasar-pasar tradisional sudah mulai murah setelah ada pasokan cabai dari Surabaya.
Baca juga: BPS Bali minta TPID antisipasi peningkatan bahan pokok
Baca juga: Perusahaan transportasi umum bersiap hadapi Lebaran 2023
"Pemerintah Kota Kupang sudah minta sejumlah distributor pangan untuk membantu mendatangkan cabai dari Surabaya sehingga harga cabai di pasaran mulai turun. Hal ini dilakukan Pemerintah untuk menekan terjadi inflasi," kata George Melkianus Hadjoh.
Ia mengatakan Pemerintah Kota Kupang telah mendistribusikan bantuan tanaman cabai ke kelurahan-kelurahan untuk dibagikan secara gratis kepada masyarakat guna mengantisipasi terjadi kelangkaan cabai seperti saat ini. "Apa yang bisa kita tanam dan usahakan di rumah supaya ditanam untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga sehingga kenaikan inflasi juga bisa ditekan," katanya.
Berita Terkait
BPOM NTT jalankan program sadar pangan aman
Kamis, 16 Mei 2024 17:58
BI NTT luncurkan program "on boarding" UMKM
Rabu, 15 Mei 2024 15:52
WNA diselundupkan ke Australia berpura-pura jadi nelayan
Senin, 13 Mei 2024 17:58
BMKG ingatkan masyarakat NTT waspada angin kencang
Rabu, 8 Mei 2024 19:37
PLN targetkan SMK di Ruteng sebagai pusat pengembangan motor listrik di NTT
Rabu, 8 Mei 2024 17:08
PLTP Ulumbu Eksisting NTT serap tenaga kerja lokal hingga 97 persen
Selasa, 7 Mei 2024 22:06
Kemensos-Disdukcapil mendata kependudukan ODGJ di Sumba Timur NTT
Jumat, 3 Mei 2024 4:50
DJP Nusra catat kepatuhan SPT di NTT capai 97 persen
Kamis, 2 Mei 2024 11:33