Depok (ANTARA) - Pakar budaya Betawi dari Universitas Indonesia Dr. Siswantari, S.S, M.Hum dalam pesan singkat kepada ANTARA, Kamis (20/4) malam, menjelaskan bahwa sebelum Pasar Takjil, Pasar Bendungan Hilir sudah menjadi pusat belanja masyarakat sekitar. "Pasar ini (Pasar Benhil) di era 70-an sampai 80-an sangat ramai, pasar ini jadi pusat pembelanjaan yang diminati masyarakat," kata Siswantari.
Masyarakat yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya mungkin tidak asing dengan Pasar Takjil Bendungan Hilir (Benhil) yang selalu digelar setiap tahun saat bulan Ramadhan. Letaknya yang strategis, yakni di sekitar Pasar Benhil, Jakarta Pusat, membuat Pasar Takjil Benhil selalu ramai dikunjungi. Beragam makanan dan minuman dijual di sana, mulai dari makanan ringan seperti gorengan hingga makanan yang jarang ditemui, seperti lemang tapai dan bubur kampiun.
Keberadaan Pasar Benhil tersebut menjadi cikal bakal lahirnya Pasar Takjil Benhil, bermula dari masyarakat sekitar hingga pedagang yang sengaja datang ke sana untuk berjualan. Pada masa awal terbentuk, makanan yang disajikan di Pasar Takjil Benhil belum beragam seperti sekarang. Dulu, para pedagang hanya menjual makanan dan minuman yang umum ditemui, seperti gorengan dan minuman es.
Sekitar 2010, Pasar Takjil Benhil semakin dikenal masyarakat Jakarta karena lokasi dekat perkantoran. Popularitas pasar pun beriringan dengan ragam makanan takjil yang diual. Alhasil, Pasar Takjil Benhil menjadi pusat kuliner untuk berburu makanan berbuka puasa selama bulan Ramadhan.
Sayangnya, Pasar Benhil tidak luput dari wabah corona, ia sempat ditutup selama dua tahun karena pandemi COVID-19. Beruntung, tahun 2022 lalu, pemerintah mengizinkan Pasar Takjil Benhil kembali dibuka.
Budayawan Betawi Yahya Andi Saputra, yang dihubungi secara terpisah, mengatakan siapa pun dapat berjualan di Pasar Takjil itu. Adapun pengelolaan Pasar Takjil Benhil diserahkan kepada Karang Taruna setempat. "Ini (Pasar Takjil Benhil) pada umumnya. Siape aje bisa dagang di sini. Kalau Pasar Takjil, kudu (harus) daftar kepada anak Karang Taruna," ujar Yahya.
Saat disinggung mengenai potensi Pasar Takjil Benhil sebagai tempat wisata, baik Siswantari maupun Yahya menilai hal itu sangat mungkin sebab, seperti pasar pada umumnya, Pasar Takjil Benhil memiliki potensi untuk berkembang. Ditambah lagi keberadaannya yang hanya ada setiap setahun sekali menjadi sesuatu yang ditunggu oleh masyarakat.
Baca juga: Rumah Sakit Mandalika NTB bagikan ratusan takjil gratis
Baca juga: Gerakan Pramuka NTB peduli di Bulan Ramadhan diisi berbagi takjil dan Al Quran
"Pasar takjil sepengetahuan saya cukup diminati masyarakat sekitar dan jadi potensi penting untuk wisata kuliner," kata Siswantari. Pada penghujung bulan Ramadhan, para penjual di Pasar Takjil Benhil selalu mengatakan, "Iya, terakhir, yuk. Dikit lagi habis," kepada para pengunjung yang mendekati lapak mereka. Mereka mengaku hanya akan berjualan sampai Kamis (20/4) saja, meskipun Lebaran masih tersisa dua hari lagi. Pedagang dan pengelola bersepakat untuk menutup Pasar Takjil Benhil sesuai perkiraan awal Lebaran, sebelum hasil sidang isbat diumumkan hari itu.