Menelisik "harta karun Lombok" dari "Negeri Tulip"

id Harta Karun ,Harta Karun Pulau Lombok,Kerajaan Karangasem Lombok,Kerajaan Lombok,Pusaka Lombok,Belanda,Negeri Tulip

Menelisik "harta karun Lombok" dari "Negeri Tulip"

Benda budaya Indonesia. (ANTARA/HO-Ministerie van OCW)

Meskipun dari sisi harga pasti tinggi, jauh lebih penting jika barang-barang tersebut bisa dipakai sebagai objek penelitian


Sementara itu, pengembalian pusaka Lombok tersebut dari Belanda kepada Indonesia, menjadi perbincangan hangat di Lombok saat ini.

Guru Besar Bidang Sejarah dan Peradaban Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Prof Jamaluddin menyarankan harta karun Lombok yang dulu dirampas Belanda dan kini dikembalikan ke Indonesia disimpan di Museum Jakarta.

"Mungkin kita bisa amankan barang tersebut, tetapi saya ragu generasi setelah kita bisa mengamankan barang itu, sehingga dari perspektif keamanan, jauh lebih aman disimpan di Museum Jakarta," ujarnya.

Ia mengaku bukan tidak ingin melihat harta karun Lombok itu di simpan di Museum NTB. Namun jauh lebih aman jika barang-barang tersebut disimpan di Jakarta.

"Bukan karena tidak ingin barang itu ada di Lombok, tetapi naskah yang ada di sana (Museum NTB, red) banyak yang tidak terurus. Bahkan, ada yang tidak bisa kami temukan," katanya.

Disinggung berapa nilai  harta karun Lombok tersebut jika ditaksir dalam rupiah, Jamaluddin mengatakan sudah pasti nilainya fantastis.

Jika kaitannya dengan nilai, jelas luar biasa. Jika  berbicara nilai uang,   di pasar gelap, keramik yang sudah berumur di atas 100 tahun, harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah. Apalagi ini barang yang banyak terbuat dari emas dan perak, sehingga nilainya bisa triliunan rupiah.

Barang barang tersebut  mahal karena nilai kesejarahannya. Jika sudah ratusan tahun, harganya bisa miliaran hingga triliunan rupiah. Contoh saja uang bolong, peninggalan abad 16, bisa laku ratusan juta rupiah.

Meskipun dari sisi harga pasti tinggi, jauh lebih penting jika barang-barang tersebut bisa dipakai sebagai objek penelitian.

Sesungguhnya barang tersebut merupakan  artefak, dalam kajian arkeologi. Artefak ini bisa menjadi lahan kajian untuk menulis sejarah. Para ahli bisa merekonstruksi. Dari misalnya teknologi kerajinan. Dulu di kalangan masyarakat Sasak ada kelompok pengrajin.

Selanjutnya dari tipologi perhiasan, benda itu bisa dijelaskan bagaimana teknologinya, kaitannya dengan motif, sehingga semua bisa dikaji. Sejak kapan orang-orang ini mengenal tradisi tersebut,  bisa dilacak semua sehingga apa yang dikembalikan Belanda akan menjadi kajian yang sangat menarik.

Oleh karena itu, kajian ilmiah dan riset dalam merekonstruksi peradaban orang Lombok ini akan memberikan kontribusi yang luar biasa.

"Riset kita di kampus ini, tidak bisa kita sampai Belanda. Namun, sekarang barang itu yang datang, sehingga sangat mungkin kita melakukan riset sejarah pada masa kejayaan kerajaan tersebut," katanya.