Perlawanan alot kotak kosong lawan petahana, Lia Istifhama: Selain syarat minimal, mungkinkah syarat maksimal Paslon Pilkada?

id Petahana,kotak kosong,Pilkada,Lia istifahma,syarat minimal,calon kepala daerah

Perlawanan alot kotak kosong lawan petahana, Lia Istifhama: Selain syarat minimal, mungkinkah syarat maksimal Paslon Pilkada?

Anggota DPD RI Lia Istifhama (ANTARA/HO- Dok Lia)

Surabaya (ANTARA) - Pilkada Serentak 27 November  2024 di Jawa Timur ada 5 kabupaten/kota yang calon tunggal atau calon petahana melawan kotak kosong. Berdasarkan hitungan sementara, dari lima daerah tersebut semuanya unggul melawan kotak kosong. 

Hanya saja, di Kabupaten Gresik Jawa Timur, kotak kosong memperoleh suara yang sangat signifikan dibandingkan dengan daerah yang lain yaitu mencapai 40,27% suara, sedangkan petahana yaitu calon bupati Fandi Akhmad Yani dan wakil bupati Asluchul Alif memperoleh 59,73% suara,

Hal ini kemudian direspon oleh Baihaki Sirajt, Direktur Eksekutif Accurate Research and Consulting Indonesia (ARCI). 

" Di Jatim tidak ada kotak kosong yang menang. Sebab sesuai aturan dalam Pilkada melawan kotak kosong, hasil suara meraih lebih dari 50% suara sah. Dan di Jatim semua memenuhi syarat itu, " jelas Baihaki kepada media, Jumat (29/11/2024). 

Baca juga: Setelah reses di 12 kabupaten/kota, DPD RI Lia Istifhama lakukan ini dalam sosialisasi 4 pilar

Hanya saja kata Baihaki, perolehan suara kotak kosong dari 5 Pilkada  Kabupaten/Kota di Jatim, 4 daerah berdasarkan penilaian dirinya itu tergolong tinggi perolehan suara kotak kosong, dan Gresik yang tertinggi. " Harusnya petahana  bisa dikatakan memiliki legitimasi kuat lawan kotak kosong apabila kotak kosong perolehannya tidak sampai 10% suara, " beber Baihaki. 

Kemudian berikutnya lanjut Baihaki, tingginya perolehan kotak kosong juga harus menjadi evaluasi bagi parpol. " Perolehan kotak kosong itu juga bentuk kritik ke parpol, bentuk protes agar parpol lebih mendengar lagi terhadap aspirasi masyarakat. Pilihan pada kotak kosong protes warga terhadap calon yang disuguhkan, mereka ingin ada pilihan lain, karena hanya tunggal, ya sudah mereka pilih kotak kosong, " beber Baihaki. 

Senada dengannya, aktivis sosial yang kini menjadi anggota DPD RI dengan raihan suara tertinggi nasional kategori senator perempuan non petahana, Lia Istifhama, turut memberikan respon.

“Sebelumnya, kita harus apresiasi dengan perubahan aturan yang membuka peluang munculnya banyak paslon Pilkada. Ini tentu kran bagi putra-putra daerah. Namun kita harus akui juga bahwa ternyata tidak sedikit yang berhadapan dengan kotak kosong.”

Baca juga: Anggota Komite III DPD RI Lia Istifhama terima aspirasi para guru di Bangkalan

“Nah, di lapangan ternyata menunjukkan kejutan-kejutan. Ketika ada kepala daerah yang merupakan petahana dan harus bertarung alot dengan kotak kosong, maka ini bisa jadi pembuktian bahwa masyarakat berharap ada pilihan lain, namun karena tidak ada paslon lain, maka kotak kosong yang tidak mungkin berkampanye ataupun memberikan jawaban atas budaya pragmatisme politik, pasti keok.”

Menarik, senator cantik itu menambahkan bahwa mekanisme pilkada pada masa mendatang perlu memunculkan wacana syarat maksimal dukungan.

“Dari potret petahana yang bertarung sengit dengan kotak kosong, maka ini seharusnya sebuah kran wacana atau usulan syarat maksimal dukungan. Alasannya sederhana, bukan hanya menekan potensi ‘borong rekom’, tapi juga kesempatan bagi putra daerah maupun kader partai untuk maju. Tapi apa mungkin?”

“Padahal saya kira semua partai memiliki kader potensial, maka kenapa tidak memberikan kesempatan bagi kadernya sendiri saja? Selama syarat minimal dipenuhi. Kepercayaan diri bagi kader partai maupun tokoh potensial daerah yang mungkin ingin maju independen, harus dikuatkan agar politik lebih dinamis dan menekan potensi pragmatisme yang dibangun kaum kapitalis,” pungkasnya.

Baca juga: Kesetaraan gender di Jatim melejit, DPD RI terpilih: Khofifah Effect dobrak politik maskulin