BPPB mencetak KBBI Braille untuk penyandang disabilitas netra

id BPPB,KBBI,Disabilitas,Netra

BPPB mencetak KBBI Braille untuk penyandang disabilitas netra

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Braille pertama yang dicetak Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB) bersama Balai Penerbitan Braille Indonesia (BPBI) Abiyoso dan Kementerian Sosial diserahkan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Sosial oleh BPPB di Jakarta, Rabu (26/12/2018). (ANTARANews/Virna P Setyorini)

Jakarta (Antaranews NTB) - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB) telah mencetak Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Braille pertama untuk penyandang disabilitas netra dengan mengalihhurufkan KBBI V cetakan II.

Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Poppy Dewi Puspitawati saat serah terima master KBBI Braille di kantor BPPB Rawamangun, Jakarta, Rabu, mengatakan Kamus Besar Bahasa Indonesia Braille pertama di Indonesia itu merupakan bagian dari wujud komitmen oemerintah menyediakan kamus bahasa Indonesia bagi penyandang disabilitas netra.

Dari KBBI Braille, para penyandang disabilitas netra bisa mendapat informasi mengenai kosakata baru dan menambah wawasan tentang bahasa.

"Intinya kami ingin semua anak-anak mendapat pendidikan. Kami akan sosialisasikan kamus ini di mana pun SLB (Sekolah Luar Biasa) berada," katanya.

Ada sekitar 2.200 SLB di seluruh Indonesia. Poppy mengatakan pemerintah akan berusaha menyediakan paling tidak satu KBBI Braille di tingkat kabupaten sebelum mencetaknya dalam jumlah yang lebih banyak.

Kepala Subdirektorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Kementerian Sosial Tedi Tresnayadi mengatakan menurut data tahun 2012 maka populasi lembaga dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) sensorik netra paling banyak dibanding lainnya, mencapai 142.860 dari total 350.668 penyandang disabilitas, karenanya keberadaan KBBI Braille akan sangat membantu.

Ia menjelaskan sebelum disampaikan ke masyarakat yang lebih luas sosialisasi KBBI Braille akan lebih dulu dilakukan pada staf Kementerian Sosial, setidaknya yang ada di lima Unit Pelaksana Tugas (UPT) dan tujuh Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) yang khusus menangani disabilitas netra.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Braille yang dicetak BPPB. (ANTARANews/Virna P Setyorini)


Penyiapan

Kepala Pusat Pengembangan dan Perlindungan BPPB Gufran Ali Ibrahim mengatakan penyiapan kamus itu memakan waktu sekitar enam bulan setelah rapat awal tahun bersama Menteri Pendidikan dan Kebudyaaan mengenai upaya pemenuhan hak penyandang disabilitas sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

Pencetakan KBBI Braille, yang pertama diluncurkan pada Kongres Bahasa Indonesia 28 Oktober 2018, menurut dia, dilakukan bekerja sama dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan Balai Penerbitan Braille Indonesia (BPBI) Abiyoso serta Kementerian Sosial.

Ia menambahkan alih huruf KBBI V cetakan II ke KBBI Braille melibatkan penyandang disabilitas netra langsung sebagai pengguna kamus. Setelah pengalihan huruf selesai dan kamus dicetak, penyandang disabilitas netra juga dilibatkan dalam proses penyuntingan untuk menghindari kesalahan penulisan.

Selanjutnya, ia mengatakan, KBBI Braille akan dicetak dan dijilid secara khusus. Dalam setiap jilid berisi 50 lembar kertas khusus cetakan Braille, sehingga secara keseluruhan kamus akan terbagi menjadi 139 jilid yang setiap julidnya terdiri atas bagian depan kamus yang berisi petunjuk pemakaian serta logo Braille pada sampulnya.