Layanan penitipan barang alternatif bagi wisatawan domestik di Bali

id jasa penitipan barang,wisatawan domestik,pariwisata bali

Layanan penitipan barang alternatif bagi wisatawan domestik di Bali

Salah satu pelancong lokal yang memanfaatkan layanan sukarela Hey Bali. (ANTARA/HO-dok-Hey Bali)

Denpasar (ANTARA) - Maraknya layanan pariwisata berbasis komersial, sebuah inisiatif komunitas berbasis digital muncul dengan pendekatan berbeda. Hey Bali, gerakan sosial yang dikenal sebagai ruang gotong royong bagi wisatawan, kini membuka layanan penitipan barang sederhana khusus bagi pelancong domestik yang berada di Bali.

Layanan ini dirancang terbata: satu barang per orang, maksimal dititipkan selama dua hari, tanpa biaya tetap. Sebagai gantinya, donasi sukarela diterima untuk mendukung operasional relawan. Untuk menggunakan layanan ini, wisatawan diwajibkan melakukan reservasi terlebih dahulu melalui WhatsApp, dengan mencantumkan kode “Karma Baik”, sebelum menyerahkan barang di basecamp mereka di Jalan Kubu Anyar No. 88X, Kuta – Badung.

“Ini bukan bisnis penitipan barang, tapi ruang bantu seperti banjar. Banyak pelancong yang hanya ingin menitip tas sebentar sebelum ke pura, atau menunggu waktu check-in. Kami coba fasilitasi kebutuhan itu,” ujar Giostanovlatto, inisiator Hey Bali dalam keterangan tertulis di terima Antara, Minggu.

Inisiatif ini lahir dari kebutuhan lapangan yang sering kali terabaikan, terutama oleh wisatawan lokal. Beberapa kasus yang dijumpai di antaranya adalah keluarga yang menunggu penerbangan malam tanpa tempat menyimpan koper, atau pelancong yang hanya transit beberapa jam.

Budi, wisatawan asal Jakarta, sempat menggunakan layanan ini saat transit di Denpasar. "Saya tahu dari teman. Awalnya ragu, tapi ternyata mudah. Saya titip ransel setengah hari dan cukup ganti ongkos relawan seikhlasnya," ujarnya.

Baca juga: Wamenpar menyarankan pinggir Pantai Bulbul dijadikan alami minim bangunan

Selain penitipan, Hey Bali juga aktif membantu wisatawan—lokal maupun mancanegara—yang kehilangan barang selama berada di Bali. Prosedurnya dilakukan tanpa pungutan biaya jasa. Pengguna hanya menanggung ongkos kirim atau transportasi jika lokasi pengambilan cukup jauh dari basecamp.

Sejak 2023, Hey Bali telah menangani lebih dari seribu kasus darurat, mulai dari dompet yang tertinggal di taksi, pencarian perangkat elektronik di bandara, hingga pendampingan wisatawan yang mengalami kendala kesehatan ringan. Semua dijalankan secara sukarela oleh jaringan komunitas yang tersebar di berbagai titik wisata utama seperti Canggu, Ubud, dan Seminyak.

Gerakan ini berakar pada dua prinsip local, yakni Karmapala (hukum sebab-akibat) dan Menyamabraya (semangat kebersamaan)

"Kami ingin membuktikan bahwa di Bali yang semakin komersial, masih ada ruang untuk interaksi manusiawi berbasis kepercayaan," ujar Giostanovlatto.

Baca juga: Lawan kemiskinan, Lombok Timur kembangkan sektor pariwisata

Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer, yang juga menjabat Komisaris di PT Hey Timur Indonesia—badan hukum di balik Hey Bali—menilai bahwa inisiatif semacam ini mencerminkan model pariwisata inklusif yang berangkat dari pemberdayaan komunitas.

“Ini bukan hanya soal layanan, tapi soal membangun kembali kepercayaan antarwarga dalam konteks industri pariwisata. Ketika ruang bantu tumbuh secara organik, itu pertanda ekosistem sosial masih bekerja,” ujarnya dalam pernyataan terpisah.

Bagi wisatawan lokal yang tengah menjelajahi Pulau Dewata, layanan ini dapat menjadi alternatif sederhana yang mengutamakan rasa aman, solidaritas, dan kepercayaan—nilai-nilai yang selama ini menjadi fondasi budaya Bali.

Gerakan sosial ini juga mendapat perhatian dari luar negeri. Beberapa media internasional seperti AP News, Benzinga, dan The Globe and Mail telah memuat laporan tentang aktivitas Hey Bali dalam konteks solidaritas wisatawan di Bali.

Pewarta :
Editor: I Komang Suparta
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.