Nelayan Desa Pantai Sederhana, Nurali Enjok (59) meminta PT Pertamina bertanggung jawab atas insiden tumpahan minyak yang berdampak langsung bagi kelangsungan mata pencahariannya itu.
"Kalau boleh meminta, saya dan teman-teman nelayan di sini ingin ada kompensasi dari Pertamina apapun bentuknya nanti. Karena di Karawang informasinya warga di sana sudah dijanjikan ganti rugi," kata Nurali di Cikarang, Rabu.
Dia mengatakan sebelum insiden itu para nelayan mampu menghasilkan tangkapan ikan, udang, rajungan, dan cumi hingga 10 kilogram (kg) sehari namun kini mereka hanya mampu menangkap satu hingga dua kg perhari.
Nurali juga mengeluhkan isu ikan beracun yang beredar di masyarakat hingga ke lapak penjualan dan pelelangan ikan di wilayahnya.
"Jadi ada isu temuan ikan mati akibat limbah minyak itu. Sudah dapatnya sedikit, dijualnya juga murah tapi mau tidak mau karena ini satu-satunya penghasilan kami. Atas nama nelayan di Muaragembong ini saya memohon kebijaksanaan Pertamina agar ke depan usaha kami lebih baik dari saat ini," kata Nurali.
Selain Desa Pantai Sederhana, dua desa di Kecamatan Muaragembong masing-masing Desa Pantai Bahagia dan Pantai Bakti juga mengalami hal serupa. Tumpahan minyak yang mulai memasuki perairan mereka sejak Minggu (21/7) lalu itu berdampak signifikan terhadap kelangsungan hidup nelayan dan petani tambak.
Petambak ikan dan udang di Desa Pantai Bahagia, Surin (41) mengaku insiden tumpahan minyak itu menyebabkan ikan dan udang miliknya mati.
"Tambak saya letaknya di tepi laut dan air laut menjadi andalan saya untuk mengairi tambak. Limbah Pertamina masuk ke tambak saya terutama saat air pasang di malam hari," katanya.
Dia juga berharap PT Pertamina segera menyelesaikan persoalan pencemaran air laut oleh tumpahan minyak mereka dan meminta kompensasi atas kerugian yang dialami akibat matinya ikan dan udang peliharaannya.
"Jadi kalau bisa kita jangan hanya diberi imbalan untuk membersihkan tumpahan minyaknya saja tapi kami minta ganti rugi atas kejadian ini. Kalau nelayan Karawang katanya dikasih kompensasi mengapa kami di sini sampai sekarang belum menerimanya. Apa bedanya kami dengan mereka yang di Karawang," kata Surin.