Jakarta (ANTARA) -
Delegasi dari Southeast Asia Youth Energy Forum (SAYEF) 2023 mengunjungi desa berbasis energi terbarukan (ET) di Desa Keliki, Ubud, Gianyar, Bali. Dalam kunjungan itu, delegasi muda melihat langsung implementasi energi terbarukan yang merupakan program inisiasi Pertamina di tempat pengelolaan sampah dengan pola reduce, reuse, and recycle (TPS3R) berbasis energi terbarukan bertenaga surya dengan kapasitas 10 kWp, dimana listrik dari energi bersih digunakan untuk mengoperasikan seluruh peralatan di lokasi tersebut.
“Total kapasitas energi yang terpasang di Desa Energi Berdikari Keliki ini ada 28 kWp, dimana dari energi yang dihasilkan ini berdampak positif bagi masyarakat di Desa Keliki, dampak positif bukan hanya dalam kemandirian energi tetapi pengembangan perekonomian juga dijalankan, selain itu dampak lingkungan lainnya yang dihasilkan yaitu membantu dalam mendukung pemerintah menuju Net Zero Emission (NZE) dengan menyumbangkan reduksi emisi karbon sebesar 36 Ton Co2 eq/ tahun”, ujar VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, dalam keterangan resmi, Rabu. Sementara itu, I Wayan Wita, Perbekel Desa Keliki, mengungkapkan pompa air tenaga surya memberi manfaat bagi petani dalam bercocok tanam, terutama di hilir dalam menghadapi musim kering, selain irigasi, air dari pompa tersebut juga dimanfaatkan untuk minum warga.
Delegasi juga melihat pompa air bertenaga surya berkapasitas 2,5 kWp yang mengalirkan air ke sawah-sawah petani setempat. Selain ramah lingkungan, pompa surya juga menjadi solusi permasalahan kekurangan air irigasi.
“Total kapasitas energi yang terpasang di Desa Energi Berdikari Keliki ini ada 28 kWp, dimana dari energi yang dihasilkan ini berdampak positif bagi masyarakat di Desa Keliki, dampak positif bukan hanya dalam kemandirian energi tetapi pengembangan perekonomian juga dijalankan, selain itu dampak lingkungan lainnya yang dihasilkan yaitu membantu dalam mendukung pemerintah menuju Net Zero Emission (NZE) dengan menyumbangkan reduksi emisi karbon sebesar 36 Ton Co2 eq/ tahun”, ujar VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, dalam keterangan resmi, Rabu.
“Permasalahan di Desa Keliki ini, saat musim kering, airnya kecil dari hulu, tidak sampai ke bawah, sehingga membuat bercocok tanam mengalami kendala, berkat sumur dan pompa dengan energi PLTS ini sekarang sudah lancar," ujar Wita saat memberi penjelasan kepada delegasi.
Desa Keliki menjadi satu dari 52 desa, yang dibina oleh Pertamina dan melibatkan secara langsung anak muda dalam proses instalasi dan juga edukasi, sebagai kontribusi nyata anak muda dalam transisi energi di Indonesia.
Selain di desa Keliki, desa energi berdikari Pertamina sudah tersebar di 52 lokasi dengan menghasilkan 143.250 WP energi Pembangit Listrik Tenaga Surya, 605.000 m3/tahun energi Gas Metana & Biogas, 16.500 WP energi Hybrid Surya dan Angin, 8.000 Watt energi microhydro dan 6.500 liter/tahun biodiesel, dapat mengurangi dampak emisi sebesar 565.896 ton Co2 eq/ tahun serta memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat sebesar Rp1,8 miliar/tahun.
Baca juga: ESDM sebutkan energi baru terbarukan di NTB capai 20,44 persen
Baca juga: Bekasi resmikan PLTS kembangkan energi terbarukan
Sementara itu, Koordinator Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Ketatausahaan Kementerian ESDM, Khoiria Oktaviani, yang turut hadir pada kunjungan itu menyampaikan, setelah setahun pemasangan PLTS di Desa Keliki, pembangkit listrik itu masih tetap beroperasi dan masyarakat sekitar juga turut menjaga dan merawat nya. "Semoga desa ini bisa menjadi percontohan dan inspirasi untuk desa-desa yang ada di Bali atau di Indonesia lainnya.” kata Khoiria.