Pemkab Lombok Tengah menargetkan penurunan stunting 2023 jadi 12 persen

id Stunting ,Lombok Tengah,Stunting

Pemkab Lombok Tengah menargetkan penurunan stunting 2023 jadi 12 persen

Wakil Bupati Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat,HM Nursiah (ANTARA/Akhyar Rosidi)

Praya (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), menargetkan penurunan stunting hingga 12 persen pada akhir tahun ini .

"Meski saat ini angka kasus stunting di Lombok Tengah itu sudah 13,34 persen atau sudah melebihi target nasional yang 14 persen. Namun pemerintah daerah terus melakukan terobosan," kata Wakil Bupati Lombok Tengah HM Nursiah usai melakukan rapat koordinasi (rakor) untuk evaluasi penanganan masalah stunting, di Praya, Rabu.

Untuk itu Pemkab Lombok Tengah hingga akhir Desember menargetkan angka stunting di daerah itu maksimal 12 persen, sehingga dengan sisa waktu yang ada saat ini dibutuhkan kolaborasi semua pihak dan tidak merasa jenuh untuk terus berbuat dalam mengatasi permasalahan stunting.

"Penurunan stunting ini harus tetap dilakukan meski progres program kegiatan yang sifatnya langsung penanganan stunting saat ini dirasa sudah cukup maksimal," katanya.

Hanya saja, kata dia, karena saat ini sudah memasuki pertengahan Desember maka masih ada sisa waktu untuk melanjutkan berbagai program yang sudah dirancang.

“Artinya progres program dan progres output-nya atau progres perkembangan stunting akan kami evaluasi terakhir nanti pada akhir Desember," katanya.

Ia mengatakan dari evaluasi nantinya akan ditemukan progres pelaksanaan kegiatan dalam penanganan stunting, yang mana data sebelumnya memang daerah tersebut sudah berhasil menurunkan angka kasus stunting melebihi target nasional yakni mencapai 13,34 persen, sehingga sampai akhir Desember ini ditargetkan penurunan kasus stunting bisa sampai 12 persen.

“Mudah- mudahan angka kasus stunting kami hingga akhir Desember bisa 11 persen atau maksimal 12 persen," katanya.

Dari evaluasi yang dilakukan, kata dia, akan ditemukan apa yang menjadi hambatan di tingkat bawah dan selama ini yang ditemukan di lapangan tidak terlepas dari pola asuh yang dilakukan oleh orang tua sehingga membuat masih ada kasus stunting.

Ke depan, menurutnya penting juga kreativitas  dalam hal penyediaan makanan bagi masyarakat atau balita agar bisa sehat. Berbagai hal ini harus jadi perhatian, kata dia, agar ke depan pemberian gizi ini bisa dilakukan dengan baik.

Baca juga: Koordinator Srikandi PLN Bali-Nusra Raih Pos Kupang Award Lewat Program Pemberdayaan Ekonomi dan Penurunan Angka Stunting di NTT
Baca juga: Dinkes Mataram intensifkan pendampingan balita stunting di Kecamatan Sekarbela


“Termasuk warga sekitar juga diharapkan dengan sukarela mendampingi keluarga yang punya anak balita stunting,” katanya.