Wamenlu tegaskan polugri bebas aktif tak sama dengan netral

id Kemlu RI,Wamenlu RI,politik luar negeri,bebas aktif

Wamenlu tegaskan polugri bebas aktif tak sama dengan netral

Wakil Menteri Luar Negeri RI Arif Havas Oegroseno berbicara dalam acara Kantor Komunikasi Kepresidenan "Double Check: Buah Muhibbah Presiden Prabowo dari Dunia Internasional" di Jakarta, Sabtu (19/7/2025). (ANTARA/Cindy Frishanti)

Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Luar Negeri RI Arif Havas Oegroseno menegaskan bahwa politik luar negeri (polugri) Indonesia yang bebas dan aktif tidak sama dengan netral.

“Netral itu adalah suatu kondisi hukum sesuai hukum internasional dalam hubungan antar negara yang terkait dengan peperangan,” kata Havas dalam acara Kantor Komunikasi Kepresidenan “Double Check: Buah Muhibah Presiden Prabowo dari Dunia Internasional” di Jakarta, Sabtu.

Havas mengatakan bahwa netralitas merupakan suatu hal yang harus dideklarasikan secara spesifik seperti yang dilakukan Swiss pada masa Perang Dunia ke-2.

“Pada saat Perang Dunia ke-2, dia (Swiss) mengatakan dirinya netral, jadi dia tidak berpihak pada suatu peperangan yang ada,” kata Havas.

Menurut Havas, terjemahan dari bebas dan aktif adalah independen dan aktif, di mana independen artinya secara mandiri memiliki kemampuan untuk menentukan kebijakan negara tanpa tekanan dari negara lain.

Sedangkan aktif adalah secara aktif berkontribusi terhadap perkembangan di dunia, menciptakan perdamaian, juga secara aktif melakukan kegiatan politik luar negeri yang berkaitan dengan kepentingan di dalam negeri, tutur Havas.

Ia memberi contoh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang tidak bisa memiliki kemandirian dalam kebijakan luar negeri dan pertahanan mereka karena harus bergantung pada kelompoknya, bergantung pada anggotanya masing-masing.

Baca juga: Gubernur Lemhannas Ace Hasan bahas tentang penguatan geopolitik dengan Menlu

“Ini yang membedakan antara kita dengan banyak negara lain yang memiliki pakta militer,” tambah Havas.

Selain itu, Havas berpendapat bahwa situasi sekarang menciptakan suatu kondisi di mana negara-negara harus mendayung di antara banyak karang, seperti negara superpowers, kemudian individu seperti teroris, judi daring, serta perubahan iklim yang menjadi ancaman bagi negara-negara, termasuk Indonesia.

Dalam konteks tersebut, Havas melanjutkan, aktivitas kunjungan luar negeri yang dilakukan oleh Presiden RI Prabowo Subianto merupakan kegiatan untuk menguatkan kemitraan, dengan Asia Tenggara sebagai pusatnya, dalam menangani ancaman-ancaman tersebut.

Baca juga: Kemenlu edukasi pentingnya migrasi aman bagI PMI di luar neger

Havas juga menyebutkan bahwa kunjungan Prabowo ke negara-negara Timur Tengah dan negara-negara berkembang di kawasan Amerika Latin menunjukkan bahwa Indonesia dekat dengan Global South.

“Ini semua juga menunjukkan bahwa Indonesia ini bisa tetap menjadi teman semua pihak, tapi tidak hanya teman yang sifatnya tidak substantif, teman yang juga punya suatu hubungannya yang sangat solutif,” tuturnya.

Hubungan yang solutif itu ditunjukkan dengan upaya penyelesaian negosiasi dagang dengan AS, kerja sama investasi dengan China, kerja sama bidang pertanian dengan Rusia, dan menyelesaikan perundingan yang sudah berlangsung bertahun-tahun dengan Eropa, jelas Havas.


Pewarta :
Editor: I Komang Suparta
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.