Mataram, (ANTARA) - "Hati-hati," demikian pesan Ridho Rahzeen, warga Kabupaten Sumbawa, kepada temannya dari luar pulau yang akan melakukan perjalanan menggunakan kendaraan roda empat dari Kabuaten Sumbawa ke Kabupaten Dompu dan Bima di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Peringatan Ridho tersebut dilandasi beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kenyamanan berkendaraan di Pulau Sumbawa. Pengganggu kenyamaan itu, antara lain, banyaknya hewan ternak yang berkeliaran di jalan.
Sapi, kerbau, maupun kuda, berkeliaran siang dan malam di jalan raya di Pulau Sumbawa. Keadaan itu sebangun dengan kenyataan bahwa Pulau Sumbawa merupakan daerah penghasil ternak.
Populasi ternak, khususnya sapi, di NTB saat ini mencapai 546.114 ekor. Dari jumlah tersebut sebagian besar berada di Pulau Sumbawa.
Selain ternak dewasa, NTB selama ini juga dikenal sebagai daerah pemasok ternak bibit. Pengeluaran ternak bibit dari NTB kini terus dikurangi setiap tahun. Pada 2009 dibatasi hanya 8.500 ekor dan tahun depan hanya 4.000-5.000 ekor.
Pengeluaran sapi betina ke luar daerah juga diperketat agar program Bumi Sejuta Sapi (BSS) yang telah dicanangkan daerah itu dapat terlaksana sesuai harapan berbagai pihak.
Sapi betina yang boleh dikeluarkan dari wilayah NTB hanya yang berupa bibit, bukan sapi betina produktif. Sapi betina produktif dibutuhkan untuk meningkatkan produksi dan populasi.
Sementara itu, ternak yang dihasilkan dari daerah tersebut tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan daerah setempat, tapi juga untuk memasok daerah lain.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB Abdul Samad menyebutkan, ternak bibit dari NTB di antaranya untuk memasok kebutuhan Kalimantan Timur.
Pengembangan populasi ternak di Pulau Sumbawa dilakukan dengan cara dilepas bebas di padang penggembalaan yang luas. Luas Setiap padang penggembalaan mencapai satu hektare hingga puluhan hektare.
Tempat penggembalaan seperti itu dapat dengan mudah dijumpai di sepanjang jalan antara pelabuhan penyeberangan Poto Tano di Kabupaten Sumbawa hingga Bima di ujung timur Pulau Sumabawa.
Padang penggembalaan tersebut hanya dipagari sejumlah tanaman dan di salah satu bagian terdapat pintu untuk keluar masuk. Hanya sedikit pintu padang penggembalaan yang ditutup oleh pemiliknya.
Karena itu, ternak tersebut tidak jarang menyeberang jalan dan mengganggu arus lalu lintas. Hewan yang menyeberang pada malam hari sering menjadi penyabab kecelakaan lalu lintas.
Faktor Lain
Faktor lain yang bisa mempengaruhi kenyamanan berkendaradi Pulau Sumbawa yaitu topografi di pulau itu yang berbukit-bukit. Jalan raya di sana berkelok-kelok, naik turun tajam, dan di bagian tertentu jalan menyempit.
Jalan utama yang menghubungkan satu kabupaten dengan kabupaten lain di Pulau Sumbawa hanya terdiri dua lajur. Lebar jalan antar ruas satu dengan ruas lainnya bisa berbeda. Lajur yang sempit dapat ditemui di sejumlah titik, khususnya di jalan berkelok di puncak bukit dengan jurang curam antara Empang (perbatasan Kabupaten Sumbawa-Kabupaten Dompu) hingga Bima.
Untuk melintas dan berpapasan dengan kendaraan lain di ruas jalan yang sempit seperti itu, salah satu pengguna jalan harus mengalah guna menghindari kecelakaan.
Meski mengalah, untuk menepikan kendaraan, harus dilihat pula posisi ban, sebab selisih permukaan aspal dengan jalan tanah di pinggir jalan cukup tinggi, mencapai 10-25 sentimeter yang bisa membuat celaka.
"Jika dua kendaraan yang berpapasan saling memaksakan kehendak, maka kecelakaan tak bisa dihindarkan. Kalau menepi harus hati-hati karena permukaan aspal dengan jalan tanah, curam," kata Ridho.
Alasan lainnya, jarak tempuh mulai pelabuhan penyeberangan Poto Tano di Kabupaten Sumbawa hingga Kabupaten Bima yang jauh, mencapai 350 kilometer memerlukan stamina prima. Sementara, jalan beraspal yang menghubungkan kota-kota tersebut, sebagian di antaranya sudah mengelupas dan menjadi ancaman bagi ban.
Jalan yang menghubungkan kota-kota di Pulau Sumbawa semuanya sudah beraspal. Namun, sebagian jalan tersebut aspalnya sudah mengelupas dan batuannya lepas. Puluhan kilometer jalan rusak.
Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Nusa Tenggara Barat (NTB)Ahmad Bahruddin menyatakan tekadnya untuk meningkatkan pengawasan terhadap truk angkutan barang yang melebihi maksimum sumbu tekanan (MST) jalan nasional, supaya dapat mencegah kerusakan jalan akibat kelebihan tonase.
"Tugas dan fungsi pengawas di jembatan timbang terus ditingkatkan, meskipun sejauh ini angkutan barang yang melintasi jalan nasional Lombok-Sumbawa pada umumnya masih dalam batas kewajaran," katanya.
Bahruddin mengakui, kerusakan jalan nasional pada titik tertentu di wilayah NTB sangat mungkin dipicu oleh perlintasan truk angkutan barang yang melebihi standar beban maksimal atau daya dukung jalan yang hanya 8,6 ton. Namun, ia menampik jika adanya "over load" angkutan barang itu disebabkan oleh kelengahan petugas jembatan timbang, apalagi dituding mendukung pelanggaran teknis angkutan barang itu.
Sebelumnya, pihak Dinas Pekerjaan Umum (PU) NTB mengklaim petugas pengawas standard jalan tidak bersikap tegas sehingga truk angkutan barang melebihi tonase standard, leluasa melintasi ruas jalan hingga terjadi kerusakan.
Bahkan, masalah tersebut sudah seringkali dikoordinasikan dengan instansi terkait seperti pengelola jembatan timbang, namun truk tronton masih saja leluasa melintasi ruas jalan yang hanya mampu menahan tekanan maksimal delapan ton itu.
Jalan nasional yang ada di wilayah NTB hanya mampu menahan beban angkutan maksimal delapan ton lebih, sementara truk angkutan barang yang melintasi jalan tersebut mengangkut belasan hingga 20-an ton barang.
{jpg*5}
Panjang jalan nasional di wilayah NTB mencapai 601 kilometer, di antaranya ruas jalan dari Pelabuhan Lembar di Kabupaten Lombok Barat menuju Labuhan Lombok, Kabupaten Lombok Timur hingga Pelabuhan Poto Tano di Pulau Sumbawa dan jalan jurusan Sumbawa-Bima sampai di Pelabuhan Sape.
Jalan nasional itu merupakan jalur truk angkutan barang jenis tronton (daya angkut melebihi 20 ton) dari Pelabuhan Lembar di Pulau Lombok ke Pulau Sumba, melewati pelabuhan penyeberangan Poto Tano. (*)
(FOTO: ANTARAMataram.com/Slamet Hadi Purnomo)
