Mataram (ANTARA) - Dinas Pertanian Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menemukan 10 sapi yang dinyatakan positif terjangkit virus penyakit mulut dan kuku (PMK) dan kini sudah diisolasi.
"Kami kecolongan, karena minggu lalu ada peternak yang membeli dua ekor sapi di Narmada, Kabupaten Lombok Barat, yang ternyata terjangkit PMK dan menularkan ke sapi-sapi lain di kandangnya," kata Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kota Mataram H Mutawalli di Mataram, Senin.
Terkait dengan itu, timnya langsung bergerak cepat dengan melakukan isolasi terhadap sapi yang terkonfirmasi positif PMK, kemudian diberikan pengobatan dan penyuntikan vaksin serta vitamin.
"Seluruh kandangnya juga sudah disemprot disinfektan untuk menjaga agar kandang tetap steril dari virus PMK dan lainnya," katanya.
Untuk menghindari penularan secara masif, Mutawalli berharap seluruh pasar hewan di Pulau Lombok ditutup, sehingga tidak ada peternak Mataram yang membeli hewan ke luar kota atau daerah.
"Kalau semuanya ditutup Insya Allah selesai semuanya. Kami juga terus berupaya meningkatkan pengawasan agar tidak ditemukan kasus baru PMK lagi," katanya.
Kota Mataram sejak pekan lalu menutup Pasar Hewan Selagalas sampai waktu yang belum ditentukan. "Kami tidak tahu sampai kapan. Mungkin sampai PMK ini berakhir," katanya.
Kepala Bidang (Kabid) Peternakan Distan Kota Mataram Dijan Riyatmoko sebelumnya mengatakan, upaya pencegahan dan pengobatan terus dilakukan terhadap sapi yang sakit dan tertular PMK.
"Untuk sementara sapi yang tertular kami pisah atau diisolasi sampai sembuh sekitar lima hari," katanya.
Selama isolasi, sapi bukan hanya diobati melainkan kandangnya juga disemprot. Rumput-rumputnya juga dipisahkan dan sisanya dibakar.
Sementara sapi yang sehat tetap diberikan vitamin untuk antisipasi sekaligus menjaga daya tahan tubuhnya.
"Dengan upaya-upaya yang telah kami lakukan, semoga tidak ada tambahan ternak yang terkena PMK," katanya.