Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), dalam sehari membutuhkan 3 ton sampah sisa makanan dari rumah tangga untuk diolah menjadi pakan maggot di Mataram Maggot Center (MMC) Kebon Talo, Ampenan.
"Dari kebutuhan sampah untuk pakan maggot, saat ini baru bisa terpenuhi sekitar 2 ton hingga 2,5 ton saja," kata Direktur Pengelola MMC DLH Kota Mataram Kamaruddin di Mataram, Jumat.
Menurutnya, sampah rumah tangga, restoran, dan katering, berupa sisa makanan, buah, dan sayur, tersebut setiap harinya diolah menjadi pakan maggot di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sandubaya dan hasil pengolahan dikirim ke MMC.
Maggot di MMC yang dikembangkan saat ini sebanyak 60 biopond dengan ukuran 2X1 meter. Sementara hasil panen maggot setiap hari rata-rata di atas 100 kilogram, untuk memenuhi kebutuhan para kelompok pembudidaya ikan air tawar.
Dia menilai tingginya kebutuhan sampah rumah tangga untuk pakan maggot tersebut mempengaruhi pengurangan sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Talo.
"Untuk angka pasti pengurangannya belum kita hitung, yang jelas 3 ton sampah rumah tangga setiap harinya jadi pakan maggot di MMC, atau tidak di buang ke TPA. Belum lagi sampah rumah tangga untuk pakan maggot yang ada di kelurahan dan lingkungan," katanya.
Dikatakan, jumlah kebutuhan sampah rumah tangga untuk pakan maggot ini akan terus meningkat seiring adanya rencana penambahan biopond dengan menggunakan sistem rak susun yang direncanakan.
"Kalau sudah ada biopond dengan sistem rak susun ini, kebutuhan kita mungkin bisa hingga 5 ton lebih. Apalagi Pak Kadis (Kepala DLH HM Kemal Islam), menargetkan sebulan maggot yang dipanen sebanyak 15 ton," katanya.
Berdasarkan data DLH Kota Mataram sebelumnya menyebutkan volume sampah di Mataram setiap hari mencapai sekitar 250-260 ton, tapi yang bisa terangkut ke TPA sekitar 200 ton.
Namun sampah yang di bawa ke TPA kini terus berkurang mencapai sekitar 25 ton, sehingga sampah yang dibuang ke TPA sekitar 175 ton per hari. Pengurangan volume sampah itu salah satunya dipicu karena program pilah sampah di tingkat lingkungan yang dinilai efektif mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA Kebon Kongok.
"Sampah organik yang dipilah dari rumah tangga, bisa langsung diolah menjadi pakan maggot, kompos, dan pupuk cair," katanya.