Selong, Lombok Timur (ANTARA) - Ratusan ribu warga Nahdlatul Wathan (NW) dari berbagai pelosok Nusantara hadir pada puncak perayaan Hari Jadi (Hadi) ke-70 organisasi NW di Lapangan Umum Ummuna Hj Sitti Raihanun Zainuddin Pondok Pesantren Syaikh Zainuddin NW Lombok Timur pada Minggu (19/3).
Acara itu juga sekaligus menjadi ajang Shilaturahim Nasional (Silatnas) pengurus dan warga NW se-Indonesia, karena sebagian besar pengurus NW hadir dalam momen bersejarah tersebut.
Ketua Panitia Hadi ke-70 NW TGH LGM Khairul Fathin menyatakan sebelum acara puncak ini, panitia sudah melakukan berbagai kegiatan, seperti penggalangan dana untuk korban gempa bumi Turki, lomba-lomba keagamaan, bakti sosial, dan donor darah.
Seminar nasional dan pawai alegoris yang diikuti seluruh pengurus dan lembaga pendidikan NW dari berbagai pelosok nusantara, katanya.
Baca juga: Wapres apresiasi digitalisasi dakwah Nahdlatul Wathan
Sementara itu, Ketua Umum PBNW TGKH Muhammad Zainuddin Atsani, mengatakan NW lahir dari sebuah pemikiran konstruktif yang lahir dari semangat patriotisme dan nasionalisme yang tinggi dari pendiri NW Almagfurulah TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
Beliau adalah seorang tokoh negarawan pejuang kemerdekaan, katanya.
Dalam konteks berorganisasi, kata dia, NW akan menjadi kuat, hebat, dan bermartabat melalui tiga strategi keorganisasian, kebangsaan dan keummatan.
Strategi yang pertama: An-Nasyru (sebarkan). An-Nasyru sebagai strategi awal dalam membangun organisasi Nahdlatul Wathan. Harapan Maulana Syeikh adalah bagaimana Nahdlatul Wathan dapat tersebar.
“Al-Nasyru dapat kita pahami sebagai langkah awal perjuangan, yaitu menyebarkan, menyiarkan, Nahdlatul Wathan, sesuai kapasitas kita dalam masyarakat,” katanya.
Strategi yang kedua, Al-Hifzhu, (menjaga). Pendiri NW mewasiatkan kita semua untuk menjaga NW. Beliau mewasiatkan kita untuk selalu merasa memiliki Nahdlatul Wathan.
“Nahdlatul Wathan adalah warisan Maulana untuk keluarga murid, abituren dan semua kaum muslimin yang mencintai agama, bangsa dan Negara,” tandasnya.
Aplikasi WAHFAZH
Untuk itu, kata dia, di HADI NW ke-70 ini PBNW menghadiahkan sebuah aplikasi yang bernama WAHFAZH.
Aplikasi WAHFAZH, merupakan aplikasi komunikasi dan sosial media yang dapat digunakan seluruh jamaah NW pada khususnya dan seluruh warga negara Indonesia pada umumnya.
“Melalui Aplikasi WAHFAZH ini, jamaah dapat melakukan interaksi chat personal, chat group, berbagi dokumen, vioce call dan video call antar sesama pengguna WAHFAZH,” ungkapnya.
Selain itu, kata Kyai Hamzanwadi II, Aplikasi WAHFAZH ini juga terintegrasi dengan Hizib Digital Nahdlatul Wathan yang sebelumnya telah dirilis oleh Pengurus Besar NW, sehingga dalam satu aplikasi, jamaah dapat melakukan komunikasi online dan sekaligus membuka Hizib NW secara digital.
“Menjaga Nahdlatul Wathan, berarti menjaga ajaran-ajaran Maulana sebagai tokoh sentral di Nahdlatul Wathan. Menjaga Nahdlatul Wathan berarti menjaga Nahdlatul Wathan dari orang-orang yang hendak merusaknya,” tegasnya.
Strategi ketiga adalah At-ta'yiid yang dapat dipahami sebagai penguatan, dan penegasan. Kita tidak cukup menyebarkan dan menjaga Nahdlatul Wathan, namun kita juga harus menguatkan Nahdlatul Wathan, katanya.
Kita kuat ke-NW-an jama'ah Nahdlatul Wathan. Kita kuatkan daya saing Nahdlatul Wathan. Kita kuatkan dengan tetap berpegang kepada Samina Wa Atona kepada pimpinan organisasi.
“Kita harus terus memberi kontribusi yang positif terhadap NKRI tercinta,” kata Rektor IAIH NW Lotim ini.
1.700 madrasah NW
Pada aspek pendidikan katanya, Nahdlatul Wathan menunjukkan bagaimana menegaskan diri sebagai oragnisasi yang memayungi ribuan lembaga pendidikan. Nahdlatul Wathan memiliki identitas dan entitas pendidikan Islam yang khas.
“Alhamdulillah Madrasah Nahdlatul Wathan yang tersebar di seluruh nusantara sesuai data PB NW sejumlah 1.700 madrasah yang tersebar dari Sabang sampai Marouke,” pungkasnya.
Dalam pengajiannya, Syaikh Abu Abdullah Mustafa Abu Zayyan Attilim Tsani Al-Makki, yang diterjemahkan TGH. Yusron Azzahidi.
Dalam tausiyahnya, pendiri organisasi Nahdlatul Wathan, Almagfurulah Maulana Syaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, belajar di Makkah Al Mukaromah sampai pada gurunya Syaikh Hasan Al Mahsyat dan guru-guru yang kain memberikan isyaroh, diminta kembali ke kampung halaman untuk membangun kampung halamannya.
Dalam perjalanan perjuangannya tidak semulus yang dibayangkan. “Banyak menuai rintangan dan hambatan sampai pada titik menerima kemuliaan dan mendirikan madrasah-madrasah hingga membentuk organisasi Nahdlatul Wathan,” ucapnya.
Pada Hadi ke-70 NW panitia mengambil tema "Merawat Peradaban, Menjaga Persatuan".
Pada acara HADI ke 70 NW ini Tiga Kementerian mengirimkan langsung utusannya, yaitu Mendagri, Menteri Pendidikan dan Riset, Menteri Lingkungan Hidup dan utusan Mabes TNI.
Selain itu hadir utusan PBNU KH Dr Faesal. Hadir juga Kanwil Kemenkumham NTB, Kapolda NTB Irjen Joko Poerwanto, Danrem 162 Wirabhakti NTB dan sejumlah tamu penting. (*)
Ratusan ribu warga Nahdlatul Wathan hadiri puncak Hari Jadi ke-70
NW lahir dari sebuah pemikiran konstruktif yang lahir dari semangat patriotisme dan nasionalisme yang tinggi