Sumbawa Barat targetkan 15.000 hektare lahan jagung

id Panen jagung

Sumbawa Barat targetkan 15.000 hektare lahan jagung

Bupati Sumbawa Barat HW Musyafirin yang didampingi Wakil Bupati Fud Syaefuddin, bersama Manager Social Responsibility PTNNT Syarafuddin Jarot, panen raya jagung di Dusun Balas, Desa Pasir Putih, Kecamatan Maluk, pada Rabu (13/4). (Ist) (1)

Bupati Sumbawa Barat HW Musyafirin yang didampingi Wakil Bupati Fud Syaefuddin, bersama Manager Social Responsibility PTNNT Syarafuddin Jarot, panen raya jagung di Dusun Balas, Desa Pasir Putih, Kecamatan Maluk, pada Rabu (13/4). (Ist)
Sumbawa Barat (Antara NTB) - Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat menargetkan luas areal penanaman jagung pada 2017 mencapai 15.000 hektare atau naik 50 persen dibanding 2016 seluas 10.000 ha.

Kepala Dinas Kehutanan Perkebunan dan Pertanian (Dishutbuntan) Sumbawa Barat, IGB Sumbawanto, di Sumbawa Barat, mengatakan sebenarnya luas areal tanam 10 ribu hektar pada 2016 sedikit dipaksakan, sehubungan dengan pelaksanaan program nasional upaya khusus (Upsus) peningkatan produksi padi jagung dan kedelai (Pajale)

Melalui program Upsus Pajale tersebut setiap daerah diberi target luas areal penanaman sekaligus peningkatan produksi untuk ketiga komoditas pangan tersebut.

"Memang kita paksakan, karena banyak petani yang belum terbiasa menanam jagung. Tetapi ternyata hasilnya cukup menggembirakan," katanya.

Melalui program Upsus Pajale, kata dia, pemerintah memberikan bantuan bibit, pupuk dan biaya pengolahan lahan kepada petani.

Program peningkatan ketiga komoditas pangan tersebut juga melibatkan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), dan dibantu oleh PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) dalam hal pendampingan tekhnis petani dan penyiapan sarana produksi dan pestisida, khususnya di wilayah lingkar tambang.

Untuk wilayah lingkar tambang PTNTT, lanjut Sumbawanto, meliputi Kecamatan Jereweh, Maluk dan Sekongkang, dengan luas areal tanam jagung mencapai 2.000 ha atau meningkat lebih dari 50 persen dibandingkan tahun 2015.

"Di Kecamatan Maluk saja, dari 26 ha lahan tanam pada 2015, naik menjadi 500 ha tahun ini, dengan produksi mencapai 7 ton/ha. Memang produksinya masih kurang maksimal dibanding wilayah lain, tetapi kedepan pasti akan lebih baik," ujarnya.

Sumbawanto mengungkapkan kendala yang dihadapi petani jagung saat ini adalah masalah pupuk dan ketersediaan alat pengering yang menekan kadar air dalam jagung hingga 17 persen, sehingga harga jual bisa naik.

Harga jagung pipilan kering dengan kadar air 17 persen bisa mencapai 3.500/kg. Sementara harga jagung kering panen saat ini hanya Rp2.200 hingga Rp2.500/kg.

"Kami juga berupaya mengalokasikan anggaran melalui APBD Perubahan untuk penambahan bantuan pupuk," katanya.

Manager Social Responsibility PTNNT, Syarafuddin Jarot, mengakui jumlah produksi per hektar untuk tahun ini di wilayah lingkar tambang memang lebih rendah dibanding tahun 2015.

Hal itu disebabkan terjadinya gagal panen akibat el nino yang melanda wilayah Kabupaten Sumbawa Barat, sehingga hujan terlambat turun.

Kondisi cuaca yang tidak menentu itu menyebabkan petani yang menanam lebih awal mengalami gagal panen karena tanaman jagungnya kekurangan air.

"Sebagian besar diantaranya bahkan terpaksa menanam ulang. Yang menanam ulang itu yang sekarang sedang dipanen," ujarnya.

Selain melaksanakan pendampingan teknis kepada petani, kata Jarot, perusahaannya juga berkomitmen daam membantu penyediaan sarana produksi berupa alat pengolahan lahan, obat-obatan dan pupuk.

Bahkan dalam kegiatan panen raya yang dilaksanakan di Dusun Balas, Desa Pasir Putih, Kecamatan Maluk, pada Rabu (13/4), PTNNT berjanji akan mengupayakan pengadaan sumur bor tenaga surya sebagai solusi untuk menjawab persoalan air yang selama ini sering dialami petani.

"Perusahaan berkomitmen dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat termasuk dengan mensinergikan program Upsus Pajale dari pemerintah pusat dengan program pemberdayaan yang selama ini dilaksanakan PTNNT," kata Jarot.
     Sementara itu, Bupati Sumbawa Barat HW Musyafirin yang didampingi Wakil Bupati Fud Syaefuddin, ketika berdialog dengan para petani pada kegiatan panen raya, menyatakan bahwa Sumbawa Barat memiliki potensi lahan kering mencapai 30.000 hektar.
     "Tahun ini baru 10 persen dari total luas lahan tersebut yang dikelola petani," katanya.
     Seluas 20.000 ha lahan kering yang masih belum dikelola, kata Musyafirin, merupakan potensi yang sangat menjanjikan karena lahan kering lebih unggul dibanding lahan sawah karena bisa ditanami bermacam komoditas, seperti sayuran, palawija dan jagung.
     "Di Kabupaten Dompu tidak ada lahan yang tidak ditanami jagung, hanya jalan saja yang tidak ditanami. Ini patut dicontoh, karena menanam jagung sangat menguntungkan. Dalam satu hektar, jika produksinya mencapai 7 ton, petani bisa mendapat keuntungan sampai Rp10 juta," ujarnya memberi motivasi.
     Ia mengakui ada banyak kendala untuk memaksimalkan pengelolaan lahan tersebut, misalnya ketersediaan pupuk maupun pengairan serta fasilitas pengering untuk jagung.
     "Saya minta petani di wilayah lingkar tambang ini tetap semangat. Untuk pupuk pemerintah daerah siap memenuhi berapapun kebutuhan pupuk petani. Buatkan saja usulan rencana detail kebutuhan kelompok (RDKK) yang tidak hanya memuat kebutuhan pupuk, tapi juga bibit dan obat-obatan," katanya.
     Dalam kesempatan tersebut, Bupati bersama Wakil Bupati Sumbawa Barat dan manager Social Responsibility PTNNT, menyerahkan secara simbolis bantuan bibit jagung kepada tiga kelompok tani di wilayah Kecamatan Maluk. (*)