Kala ikan semakin jauh, kisah perempuan pesisir Lombok hadapi krisis iklim

id Ikan di Lombok,Perempuan Lombok,Lombok,Nelayan

Kala ikan semakin jauh, kisah perempuan pesisir Lombok hadapi krisis iklim

Seorang ibu dan anak-anaknya sedang memadaq. Foto: Ahmad Hadi Ramdhani

Di sini hampir semua ibu-ibu pasti berhutang di mereka


“Saya prihatin melihat kondisi kami di sini, semua akar masalahnya sebenarnya sama. Ekonomi,” kata Harniati. 

Di Mele Maju, mereka bisa berbagi masalah masing-masing. Saling membantu satu sama lain dan mencari solusi bersama.

“Hampir setiap hari kami bertemu, karena harus membuat kerupuk. Sambil membuat kerupuk itu, biasanya kami bercerita kondisi masing-masing. Sambil saling memberikan masukan,” ujarnya.

Air semakin dekat, ikan semakin jauh

Sejak beberapa tahun silam, Dusun Kuranji selalu terendam air tatkala air laut pasang. Banjir rob ini membawa berbagai penyakit tatkala air laut surut, seperti demam berdarah dan malaria.

Dusun yang hanya memiliki luas pemukiman empat kali lapangan sepak bola tersebut harus menghadapi rusaknya ekosistem laut yang berdampak terhadap merosotnya hasil tangkapan nelayan. Akibatnya tak sedikit nelayan di dusun tersebut yang beralih profesi menjadi buruh migran.

Menurut Sukuryadi, akademisi sekaligus pengajar di Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Muhammadiyah Mataram, anomali cuaca yang terjadi membuat nelayan sulit memprediksi arah angin dan lokasi tangkap. Peningkatan suhu air laut merusak ekosistem laut dalam bentuk coral bleaching yang menjadi habitat dan sumber makanan ikan. Sehingga ikan semakin menjauh ke tengah, mencari lokasi yang sesuai habitatnya.

“Perubahan iklim ini, menyebabkan air semakin dekat, namun ikan semakin menjauh,” ungkap Sukur.

Menjadi buruh migran 

Karena inilah setidaknya sejak sepuluh tahun yang lalu, laki-laki di Dusun Kuranji, Desa Paremas berangsur-angsur meninggalkan kampungnya untuk mengadu nasib menjadi buruh migran di negeri jiran. 

“Mulai banyak yang ke Malaysia, ketika tahun pertama saya menjabat sebagai kepala desa,” ungkap Sahman Kepala Desa Paremas.

Menurut Sahman, untuk mendapatkan ikan mereka harus berlayar jauh ke tengah laut. Tidak seperti dahulu, yang hanya berjarak 300 hingga 700 meter dari bibir pantai.