BPBD Mataram mengalihkan bantuan kawat beronjong ke titik rawan longsor

id berinjong,BPBD ,Mataram

BPBD Mataram mengalihkan bantuan kawat beronjong ke titik rawan longsor

Tumpukan bantuan kawat beronjong dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Provinsi Nusa Tenggara Barat, di depan Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram. (Foto: ANTARA/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, akan mengalihkan penggunaan bantuan kawat beronjong yang sedianya dipasang untuk mencegah abrasi di Pantai Mapak Indah ke penanganan titik rawan longsor di aliran sungai.

Kepala Pelaksana Badan Penggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram Mahfuddin Noor di Mataram, Senin, mengatakan, pengalihan itu karena rencana pemasangan beronjong di Mapak Indah akan diganti dengan sistem riprap berupa batu-batu besar yang disusun secara rapi berfungsi mencegah gelombang pasang.

"Jadi bantuan kawat beronjong dari Balai Wilayah Sungai (BWS) NTB yang sudah kita terima, tidak harus digunakan mencegah abrasi pantai, tapi bisa juga untuk antisipasi bencana longsor pada titik rawan pada beberapa aliran sungai di Mataram," katanya.

Menurut dia bantuan kawat beronjong dari BWS NTB sebanyak 400 lembar dan yang sudah dipakai baru empat lembar. Selain bantuan kawat, BPBD Kota Mataram juga mendapat bantuan karung untuk pembuatan tanggul darurat sebanyak 10.000 lembar.

"Dari 10.000 lembar yang baru diberikan 400 lembar dan yang sudah digunakan sekitar 30 lembar karung, di Pantai Mapak Indah yang terdampak abrasi pantai akhir Desember 2022," katanya.

Mahfuddin membantah, jika ratusan bantuan kawat beronjong tersebut akan mangkrak apabila tidak digunakan di Pantai Mapak Indah sesuai dengan rencana awal.

"Tentu tidak. Itu bantuan untuk antisipasi kedaruratan jadi selain bisa kita gunakan untuk mencegah abrasi juga bisa untuk penanganan longsor pada aliran sungai," katanya.

Dikatakannya kawasan Pantai Mapak Indah diprioritaskan untuk pemasangan beronjong setelah sebanyak 15 rumah milik nelayan di kawasan tersebut rusak berat akibat gelombang pasang pada akhir Desember 2022, sehingga sekitar 30 jiwa mengungsi ke rumah keluarga terdekat.

"Tapi karena jarak antara bibir pantai dan permukiman warga terlalu dekat dan anggaran pemasangan harus menggunakan biaya tak terduga (BTT), sehingga secara teknis dan administrasi tidak memungkinkan," katanya.

Karena itulah, hasil konsultasi dengan pihak-pihak terkait diputuskan penggunaan kawat beronjong akan dialihkan untuk kawasan titik rawan longsor seperti aliran Sungai Jangkuk di wilayah Karang Baru, dan Dasan Agung.

"Jadi sekarang untuk bantuan kawat beronjong itu, kita selesaikan dulu proses administrasi pencatatan hibah agar bisa kita gunakan sesuai kebutuhan kedaruratan," katanya.